Sabtu, 19 Desember 2009

"Beberapa hal dalam kehidupan ini berubah, dan beberapa hal lainnya tidak".

Ini adalah penggalan dialog dalam salah satu film trilogy Matrix yang sangat aku gemari. Sebuah film fiksi yang dialognya sarat dengan filsafat. Dan kebanyakan dari kita, aku yakini membenarkan penggalan dialog tersebut.
Tak terkecuali aku.

Banyak hal yang telah terjadi dalam kehidupanku beberapa waktu belakangan ini. Ada tawa, kebahagiaan, kemenangan, pencapaian dan ketenangan. Dan kadang-kadang ada pula kesedihan, kepedihan, kekalahan, kegagalan dan keresahan. Semuanya adalah luapan emosi yang menandakan bahwa aku masih hidup.

Tapi entah kenapa beberapa bulan terakhir ini aku merasa "tidak hidup" lagi. Aku kehilangan gairahku akan beberapa hal. Aku tidak dapat menemukan kenikmatan lagi dalam melakukan sesuatu yang biasanya aku gemari. Aku sudah jarang membaca. Aku kehilangan minat untuk menelusuri sesuatu yang memancing keingintahuanku. Aku sudah sangat jarang menekuni semua hobiku. Jangankan untuk menulis di blog, sekedar meng-up date status rasanya sangat malas sekali.

Kadang-kadang anakku (semoga Tuhan senantiasa melindunginya) komplain karena aku sudah tidak mau lagi bermain dengannya. Kalaupun mau, paling hanya sebentar saja dan itu pun frekuensinya jarang. Istriku pun begitu, mereka bilang aku sudah jarang mengajak mereka jalan bersama, sesuatu yang biasanya kami lakukan secara regular. Waktu libur hanya diisi dengan bermain sebuah game di salah satu situs sosial (dan itu bisa berjam-jam). Kadang, kalaupun keluar, aku lebih cenderung mengisinya dengan teman-teman dibanding keluargaku.

Aku menjadi pribadi yang selfish, sensitif, dan lebih introvert. Aku merasa inferior makanya menjadi pemarah. Aku tidak tahu seberapa besar efek perubahan ini berpengaruh terhadap pekerjaanku. Karena aku merasa selalu menanggapi secara berlebihan (dan biasanya negatif) setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tempat aku bekerja.

Saat ini hasil kerjaku masih berada pada rel dan jalurnya, sehingga aku tidak begitu khawatir dengannya.
Paling tidak untuk beberapa saat ke depan.
Tapi dengan pribadi negatif seperti ini, hanyalah masalah waktu untuk melihat kehancuranku. Bukan begitu?

Semua sifat negatifku semakin muncul dan terasah beberapa bulan belakangan ini. Aku bukannya tidak menyadari hal ini, tapi aku lebih bersikap untuk membiarkannya.

Awalnya aku cuma sedikit memberi waktu kepada diriku untuk beberapa cobaan yang terjadi belakangan ini.
Ya, ada beberapa kejadian yang sangat memukul dan menghantam batinku. Aku tidak bermaksud untuk menyalahkan semua kejadian tersebut atas perubahanku ini. Akulah yang paling bertanggung jawab atas setiap perubahan ini. Tulisan ini juga tidak bermaksud sebagai pembelaan malah aku harapkan dapat menjadi sebuah starting point untuk bangkit lagi (semoga).

Aku masih beruntung memiliki orang-orang yang menyayangiku. keluarga dan teman-teman baikku.

Beberapa waktu yang lalu seorang teman mengirimkan 2 buah buku bacaan tepat di hari ulang tahunku. Dua buah buku novel yang sudah banyak mendapat penghargaan. Pengirimnya adalah seorang teman yang sudah lama sekali tidak bertemu. Buku-buku tersebut dikirimkan ke alamat kantorku. Dia tahu bahwa aku (dulu) adalah seseorang yang suka membaca. Aku rasa inilah pertimbangan dia memberi hadiah ini. Aku senang dengan pemberian ini. Paling tidak masih ada orang yang bisa mengingatkanku akan semua kesenanganku yang dulu.
Terima kasih teman.
Tuhan memberkatimu.

Sekarang aku akan mencoba untuk menemukan kembali semua kesenangan dan gairah yang pernah membuat aku merasa hidup.

Minggu, 14 Juni 2009

Should I? or should I not?

Sepertinya aku meragu akan sebuah prinsip yang selama ini telah aku jalani. Prinsip yang selama ini telah menguatkan hati untuk sebuah jalan yang kutempuh. Apakah ini adalah sebuah fase kehidupan dimana aku harus bijak terhadap suatu keputusan lagi? Sebuah keputusan yang akan berpengaruh terhadap kehidupanku ke depan. Aku tidak tahu seperti apa masa depan itu. Tidak ada seorang pun, kurasa. Maha Tahu hanyalah kepunyaanNya.
Tapi aku diberi kuasa untuk memilih. Aku diberi logika untuk mengkaji. Dan ada konsekuensi yang musti dipertanggungjawabkan untuk setiap keputusan yang kubuat. Itulah kenapa ku meragu.

Tetapi bukankah selama ini keputusan tersebut sudah kubuat. Dan selama itu pula tidak ada masalah dengannya. Aku menjalaninya dengan keyakinan penuh dan rasa percaya diri yang tinggi di atas nama menjunjung sebuah prinsip. Prinsip yang saat ini justru aku pertanyakan kembali. Kenapa? After all this time?

Seandainya hidup semudah bernafas. Seandainya setiap doa selalu terkabulkan. Seandainya cobaan tidak pernah menghampiri. Mungkin hal ini tidak akan pernah muncul sebagai sebuah keraguan.

Tetapi hidup tidak berjalan dengan cara berandai-andai. Dan Tuhan pun menunjukkan rencanaNya dengan cara yang kadang-kadang kita tidak mengerti.

Aku mencoba mendiskusikannya dengan Bapakku sebagai orang yang aku anggap bijak. Beliau adalah orang yang berada pada daftar prioritas orang-orang yang ingin kubahagiakan. Dukanya adalah tangisanku. Dan tangisannya adalah dosa terbesarku.
Beliau memberikan nasehat satu atau dua. Tidak perlu banyak memang. Beliau sangat paham kenapa aku mendiskusikan hal ini dengannya. Tetapi keputusan tetap kembali kepadaku.

Dan disinilah aku. Kembali meragu.

Seandainya dampak dari konsekuensi ini hanya ditanggung oleh diriku, dan hanya diriku saja, mungkin ragu itu masih berada entah dimana. Tapi tidak disini.
Atau ini merupakan bagian dari arus perubahan yang akan kujalani? Meninggalkan zona nyamanku?

Entahlah. Yang aku tahu aku harus berbuat sesuatu untuk keluarga besarku. Sesuatu telah terjadi dan aku sadari aku telah terlambat untuk ini. Tetapi bukankah tidak seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi nanti? Yang jelas, aku tidak bisa berdiam diri.
Aku teringat ucapan mahsyur dari Master Yoda :
“Do it, do it not! There’s no try!"

May the FORCE be with me

Selasa, 02 Juni 2009

Terima Kasih Tuhan

Saat ini ada dua hal yang membuat aku cukup sumringah dan berbahagia.
Yang pertama adalah saat ini merupakan hari pertama cuti yang aku jalani. Aku sedang mengambil cuti sampai 10 hari ke depan. Menyenangkan. Dan setiap kali bicara soal cuti, itu berarti aku sedang membicarakan Padang dan segala hal yang berhubungan dengannya.Teta, Papa, brothers n sisters, my cute nephews, teman-teman Padang, Rumah Khatib, Padang Pasir (rumah Al), Paguah Pariaman and Bukit Tinggi (I love the city), berbagai makanan yang tak pernah bosan-bosannya kusantap, udara pagi yang segar, sunset atau hanya sekadar menikmati suasana malam di Permindo. Semuanya bagai traffic generator dalam meramaikan kerinduanku.

Aku berangkat besok jam 4 sore. Untung aku sudah memesan tiket jauh-jauh hari sehingga mendapatkan harga yang lebih murah. Cherryl dan Maminya tentunya juga ikut. Cherryl malah terlihat sudah tidak sabaran untuk segera sampai di Padang. Dari kemarin dia selalu mempertanyakan kapan berangkatnya. Dan pertanyaan itu selalu dilontarkan berulang-ulang, sehingga cukup membuat aku senewen. Terakhir aku menjawab kalau kami akan berangkat 2 jam lebih cepat dari jawaban terakhir yang aku berikan kepada Cherryl. Dia bingung. Tapi syukurlah, setelah itu tidak ada pertanyaan itu lagi.

Tadi Cherryl membantu (mengganggu?) Mami yang sedang packing. Padahal seharusnya dia lebih fokus kepada pelajarannya karena saat ini dia sedang menghadapi ujian di sekolahnya. Besok tinggal hari terakhir ujiannya (ujian Sempoa). Moga-moga anakku bisa melewati ujian ini dan mendapatkan nilai yang bagus. Walaupun Cherryl tipe anak yang tidak bisa diam, nakal dan jahil seperti emaknya, tetapi dia juga tipe anak yang pintar, cakep dan penyayang seperti Bapaknya. (hihihi…untung aku belum kasih alamat blog-ku sama maminya).
Kami pulang dalam rangka menghadiri acara perkawinan adikku Silvia (tante T’mon). Acaranya sendiri akan dilaksanakan tanggal 7 Juni nanti. Dan berhubung ini acara perkawinan, pastilah sanak saudara yang jauh-jauh akan berkumpul di rumah Khatib. It’s even better. Jadi bisa ketemuan sama saudara-saudara yang sudah lama tidak ketemu. Cherryl dan maminya bisa lebih mengetahui hubungan kekerabatan dari pihakku. Terima kasih Tuhan karena telah memberikan kami kesehatan dan kesempatan untuk bisa saling bersilaturahmi dengan orang-orang yang kami sayangi.
Padang, just prepare for three amazing crazy guys…

Kedua, beberapa waktu yang lalu istriku mencoba cek urine untuk mengetes kehamilan. Sudah beberapa hari dia telat dari jadwal seharusnya. Dia mengabarkannya padaku sekitar 2 minggu yang lalu. Saat itu aku nyaris memberikan SP kepadanya (mengingat aku selalu memberikan SP kepada karyawanku yang suka telat…heheheh).

Dulu, dua bulan setelah kelahiran Cherryl, istriku ikut KB dengan cara memasang spiral. Ini memang hal yang kami rencanakan karena tentunya setiap orang tua menginginkan hal yang terbaik buat anak-anaknya. Kami ingin memastikan segala sesuatunya berjalan baik buat Cherryl sebelum memberinya adik. Kami melakukan sedikit investasi, ikut beberapa asuransi dan juga buka usaha yang tentunya dapat menunjang financial kami. We’ve been doing it in purpose. And the objective is a better future for my family. Semoga Tuhan memberikan jalan yang senantiasa lancar buat kami. Amin.

Setelah keluarga Padang dan keluarga Jakarta mendesak kami untuk memberikan Cherryl seorang adik, dan kemudian setelah melalui sedikit diskusi kecil dengan istri dan mempertimbangkan segala hal, maka pada akhir Januari 2009, kami memutuskan untuk mencopot alat KB setelah 4 tahun lebih terpasang pada tubuh istriku. Kami menemui dokter langganan kami dan menjelaskan maksud kami. Dia sangat senang dan menyatakan kebanggaannya kepada kami karena bisa berkomitmen dan merencanakan sesuatu dengan baik. Bahkan dia menyalami kami dan mengucapkan selamat walaupun istriku belum hamil. Aku cukup senang dengan pujian itu. Dan setelah menyalami kami, dia menyodorkan bon tagihan. Dasar dokter…

Dan dua minggu lalu istriku mengetes dengan menggunakan alat tes kehamilan. Dan hasilnya adalah ….. POSITIVE!!. Istriku mengabarkannya padaku via telepon saat aku sedang kerja. Aku memanjatkan syukur. Pada tanggal 26 Mei kami memastikannya di RS Yadika dan aku pertama kali melihat pencitraan janin bayiku melalui printout USG yang masih berupa titik kecil yang mempunyai panjang 1,6 cm. Usianya diperkirakan sekitar 1 bulan. Aku sudah pernah merasakanperasaan ini pada saat melihat pencitraan Cherryl lewat USG ketika masih dalam perut maminya. Tetapi sekarang pun masih terasa menakjubkan. Amazing….AMAZING!!!
Terima kasih Tuhan . Aku akan menjaga amanatMU. Dan aku memohon Engkau untuk menjaga keluargaku. Amin.

Minggu, 17 Mei 2009

Hal yang Lebih Penting dari Sebuah Kesuksesan

Beberapa waktu yang lalu aku jalan-jalan ke sebuah mall yang cukup terkenal di Jakarta. Mall tersebut biasanya menjadi pilihan kalangan “the have” untuk belanja ataupun sekedar menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman. Lokasinya ada di Jakarta Pusat. Dan salah satu yang membuat mall ini dikenal banyak orang adalah water fountain-nya.
Sebenarnya aku tidak punya tujuan khusus ke mall ini. Waktu itu aku bersama seorang teman dan kebetulan mau mencari tempat untuk makan siang. Berhubung near by, kami akhirnya mampir ke mall tersebut.

Kesan pertama yang aku dapatkan ketika memasuki mall tersebut adalah suasana yang langsung terasa nyaman. Saat itu jumlah pengunjung cukup ramai, tetapi sama sekali tidak mengurangi ambience-nya. Sepertinya pengelola mall tersebut paham bagaimana cara memberikan kenyaman maksimal kepada pengunjungnya. Hampir semua kebutuhan panca inderaku serasa terpenuhi. Konsep mall yang dibuat sedemikian rupa langsung membuat aku merasa punya keinginan untuk menelusuri setiap sudut dari mall tersebut. Setiap sisi menampilkan konsep yang berbeda dari bermacam-macam negara. Ada atsmosfir Jepang, Belanda, Amerika Serikat, India, China, dll. Kami akhirnya memilih foodcourt untuk tempat makan siang. Banyak pilihan disana. Aku memesan lontong cap go meh untuk mengganjal perut.
Setelah menyaksikan atraksi water fountain kami keluar dari mall tersebut.

Setelah pulang ke rumah, aku masih memikirkan mall tersebut. Tapi kali ini kekagumanku beralih kepada pemilik mall tersebut. Seorang teman pernah mengatakan bahwa pemiliknya adalah salah seorang pebisnis terkaya di Indonesia yang juga memiliki pabrik rokok yang merknya sudah branded, paling tidak di Indonesia. Aku tidak tahu banyak mengenai orang ini, karena aku sama sekali belum pernah membaca biografinya. Tapi itu tidak mengurangi kekagumanku. Aku kagum dan bertanya-tanya bagaimana cara dia, dan segelintir kecil orang lain yang seperti dia, menghasilkan uang sehingga bisa memiliki mall yang megah itu.

Mereka merupakan species yang sama dengan aku. Mereka hidup di bumi yang sama denganku . Mereka punya waktu 24 jam dalam sehari, persis sama dengan yang aku punya. Mereka makan apa yang aku makan (paling tidak mereka butuh karbohidrat, protein, dan mineral yang sama denganku walaupun perwujudannya dalam bentuk makanan bisa saja berbeda). Mereka adalah makhluk yang juga punya batasan seperti aku. Mereka perlu tidur dan makan juga. Tuhan menunjukkan Kemaha-adilanNya disini.

Tetapi kenapa mereka bisa menjadi berbeda denganku dan miliaran manusia lainnya dalam hal pencapaian?

Aku tahu mereka mempunyai disiplin tinggi dan bekerja sangat keras untuk mendapatkannya. Dan sejujurnya aku mengatakan they deserve to have it. Rasanya aku ingin menjadi waktu untuk dapat melihat dan merekam perjalanan hidup mereka dari detik ke detik. Aku ingin masuk ke alam pikiran mereka dan mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan. Aku ingin melihat point of view mereka terhadap setiap permasalahan, dan yang terlebih penting mengetahui cara mereka menyelesaikan permasalahan tersebut.

Kalau ada sesuatu yang bisa menggambarkan mereka dalam satu kata, itu pastilah: Sukses.

Aku ingat ucapan seorang motivator, success is a right. Aku setuju. Sukses adalah sebuah pilihan yang harus diperjuangkan. Success is not an escalator, it’s a ladder. Kita tidak bisa berdiam diri dan berharap dapat menjadi seperti mereka. Aku lebih memandang sukses sebagai sebuah perjalanan tiada akhir dibanding sebagai tujuan. Thomas Alfa Edison menjadi sukses karena punya prinsip: genius (success) is 1% idea and 99% effort. Orang yang sukses pastilah pekerja keras. Dan ini cukup menyadarkan aku supaya dapat bekerja lebih keras.

Aku mungkin tidak akan menjadi seperti mereka (not even close, may be). Tapi aku bisa menjadikan kisah sukses mereka sebagai penyemangat untuk menjadi lebih baik dalam meningkatkan mutu hidupku.

Menjadi sukses adalah impian setiap orang. Tetapi ada yang lebih penting dari itu semua, yaitu menjadi bahagia.

Dan kabar baiknya adalah kebahagiaan lebih mudah dicapai dibanding kesuksesan.

Caranya?

Cintailah segala apa yang telah kita miliki. Jangan sampai setelah mereka terenggut dari kita, baru kita sadari betapa penting arti mereka buat kita. Ketika anda mencintai seseorang (atau sesuatu), ada keinginan untuk menjaga dan membahagiakan mereka.
Kita akan menerima apa yang kita beri. Dan ketika kita memberikan kebahagiaan kepada orang-orang yang kita cintai, maka dengan sendirinya kita akan menjadi bagian dari kebahagiaan itu. Tidak penting berapa banyak harta yang anda miliki. Tidak penting posisi apa yang anda punyai dipekerjaan saat ini. Anda tidak perlu punya pasangan yang cantik atau tampan, atau anak yang sangat elok dan pintar sebagai syarat pencapai kebahagiaan. Selagi anda menginginkan dan mencintai mereka, kebahagiaan akan selalu bersama anda

“Success is to get whatever you want. And happiness is to want whatever you got”
Semoga anda setuju.

Jumat, 08 Mei 2009

I do love sport now

Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat”.

Tapi sumpah, bukan karena slogan itu sekarang aku rajin berolahraga. Walau ada benarnya juga, siapa sih yang tidak mau tubuh dan jiwa yang sehat? Tapi itu bukan alasan awalku jadi rajin mengeluarkan cairan bernama keringat .

Semuanya berawal dari beberapa ‘komplain’ yang datang dari beberapa orang kerabat dan teman baikku. Dan seperti biasa, setiap komplain yang berasal dari lingkar satu tersebut, selalu masuk ke dalam perhatianku.

Berikut beberapa complain yang masih bisa kuingat:
Dari Desi (seorang teman yang baru aja balik dari Washington dan sudah lebih dari 3 tahun tidak bertemu. Komentarnya keluar pada saat kami ketemuan di Arion Plaza, Rawamangun, beberapa hari yang lalu) “Boy, apa kabaaaarrr…It’s been so long ya…Hei, I like your haircut, gitu dooonk….Tapi kok makin kurus ya Boy …Boy makan yang banyak ya…”

Atau komentar dari Juli pada waktu kami sama-sama baru selesai potong rambut. Kebetulan model potongan yang aku pilih adalah army look. Aku minta komentar kepada Juli mengenai rambut baruku. Dia melihat sebentar kea rah rambut baruku. Kemudian dia melengos kearah jam tangannya dan bilang: “Bagus…”, jawabnya singkat dan terkesan tidak ingin lagi membahas lebih lama mengenai rambutku tersebut. Beberapa hari kemudian barulah dia jujur dengan mengatakan "Kok gue ngeliat pentolan korek api dari perwujudan lu!" . Aku tau dia sedang menakar model rambutku dengan bentuk tubuhku. Itu aku ketahui karena beberapa saat kemudian dia memintaku untuk rajin berolahraga agar tubuhku bisa proposional.


Lain lagi komentar dari Osong, teman satu kamar waktu kos dulu. Osong adalah seorang teman yang punya bakat seni tinggi. Dia mahir main gitar, keyboard dan juga punya suara yang lumayan bagus. Beberapa lagu ciptaannya sudah pernah aku dengar. And I kinda like them. Sekitar dua bulan yang lalu aku bertemu lagi dengannya setelah lebih dari 10 tahun tidak bertemu. Ternyata dia tinggal di daerah Jati Asih dan hidup bahagia dengan 2 orang anak laki-laki dari 1 orang istri (yang ini perlu aku tegaskan mengingat reputasinya dulu…heheh sori Song). Sekarang Osong sudah sukses dan sudah punya studio musik sendiri, seperti cita-citanya dulu (way to go, Song!). Pada saat ketemu dia sama sekali tidak komentar mengenai tubuhku. Tapi begitu aku nge-add dia di FB, dia langsung mengomentari poto profilku. Tulisnya kira-kira begini: “Boy, poto profile lu pake baju gombrong gitu buat nutupin body lu yang blangsak ya?….hehehe”.
Damn! I don’t know what's the meaning of ‘blangsak’. Tapi itu pastilah tidak bagus. Walau maksudnya becanda, tapi aku tahu dia jujur menulis komentar itu. Dan aku tidak marah….suerrr Song, ueengggaak kokh…


Nah yang ini adalah komentar dari Vivin, ‘musuh bebuyutanku’ di FB. Vivin pernah meng-update statusnya di FB bahwa dia mau berenang. Kemudian aku tulis di wall-nya untuk minta ikutan. Tapi aku tidak diizinkan sama dia dengan alasan tidak mau menakut-nakuti anak kecil di kolam renang. Sopan gag sih…?

Cherryl, my biggest gift in this life, juga ikut berkomentar. Komentarnya diucapkan ketika aku baru saja selesai mandi dan sedang memakai baju seragam untuk berangkat kerja. “Mami, daddy ganteng ya…”, aku sangat senang dengan komentar tersebut seandainya tidak ada kalimat lanjutan “Tapi kurus nggak kaya Songoku.”

Ketika aku pulang ke Padang menghadiri kawinan adikku, aku ingat komentar pertama yang keluar dari nyokapku:”Kamu makan kan di Jakarta?”.
.....
I’m done.
I can’t take it no more. I must work out for my body. Dulu aku punya prinsip: I’m so ugly, I’m so thinny…so what…?. Toh yang penting sehat. Tapi penging juga lama-lama dengerin komentar-komentar seperti itu . Untung tidak ada temanku yang berprofesi wartawan. Karena aku bisa saja dijadikan ide untuk menulis artikel mengenai kekurangan gizi di Indonesia.

I gave up. Dan tanggal 26 April yang lalu aku sudah terdaftar sebagai member disalah satu Gym, di daerah Pondok Bambu. Tempatnya lumayan cozy dengan peralatan yang lumayan baru. Ada treadmill, instruktur yang siap membantu dan tempat buat sauna, fasilitas yang saat ini belum aku butuhkan. Ada kelas aerobiknya juga, dan aku pikir aku lebih senang melihat mereka latihan daripada ikut kelas tersebut :). Aku rajin latihan dengan motivasi building up my shape. Aku latihan minimal 3 kali seminggu. Dan saat ini masih dalam semangat yang luar biasa. Moga-moga semangat ini tetap berlangsung selamanya.

Ada beberapa efek yang dapat aku rasakan langsung setelah ikut nge-gym ini. Nafsu makanku jadi luar biasa. Aku selalu merasa lapar. Dan porsi makanku menjadi lebih banyak dari biasanya. Padahal sebelumnya aku jarang sekali merasakan lapar (walaupun perut belum diisi). Dan hal ini tentunya aku syukuri. I’m a plate eater now. Aku berharap dalam waktu dekat berat badanku bisa bertambah secara signifikan.

Efek selanjutnya adalah aku jadi sering ngaca. Ya, aku sering berkaca pada waktu mandi. Aku mematut-matut tubuhku di cermin kamar mandi dan mencoba berbagai pose binaraga. Walaupun aku tahu tidak (atau lebih tepat: belum) ada bagian dari ototku yang mengembang karena latihan tersebut. Tapi aku tidak bisa menahannya. Jadi ngaca menjadi salah satu ritualku kalau sedang mandi. Dan akibatnya, aku yang biasanya mandi tidak lebih dari 5 menit, sekarang paling cepat baru bisa selesai setelah 20 menit. Hebat…

Jumat, 24 April 2009

Tentang Seseorang 3

Jika seorang laki-laki mendapatkan dirinya terperangkap
Di dalam suatu pesona ajaib di luar batas kemampuan yang dia kehendaki,
apakah itu suatu kesalahan?
Dan jika seorang laki-laki ditakdirkan bagai karang,
apakah suatu dosa apabila sebongkah karang pun pada akhirnya luruh
oleh tetesan-tetesan air yang lembut?

Dengan sekejap hilang bijaksana di dalam ruangku yang terisi
Sekejap pula yang kuingini pada kenyataan yang lain
Kenyataan yang membalik alir nadiku
Gelombang yang melanda tegarku
Ruang tidak terasa berarti
Kata kehilangan makna

Lalu dimana aku?

Tak sekali kudapat malam karena ruang yang terisi telah berganti fajar
Aku tersiksa dalam anugerah yang DIA berikan
Tiada berani menyalahkan sesuatu yang tercipta benar

Lalu siapakah aku?

Aku adalah kecil mengharap besar
Aku adalah pengecut yang takut menyambut takdir
Dalam gundah kutampil senyum
Dibalik acuh tersembunyi rasa
Wahai, adakah pengecut yang lebih brengsek?

Di dalam banyak tanya tak terjawab, izinkan aku menunggu ketidakpastian
(karena kamu aku kasih di jalan yang Dia kehendaki)



Jakarta, Friday, August 29, 1997
02.05 am in the lonely room
for someone that shakes my life
“Heaven must be missing an angel”

Rabu, 08 April 2009

Tomorrow will be my first

Besok pemilu legislatif. Itu berarti besok adalah pemilu ketiga dimana aku punya hak untuk berpartisipasi. Dua pemilu sebelumnya, aku tidak menggunakan hak pilihku. Orang bilang golput. Mereka bilang golput itu haram, tidak bertanggung jawab, pengecut, dan pilihan yang tidak cerdas. Terserah. Hak mereka untuk berkomentar.
Bagiku, aku hanya tidak menggunakan hakku untuk memilih. Siapa pun tidak bisa paksa aku melakukan sebaliknya. Tidak selama aku menganggap mereka tidak aspiratif terhadap kriteria tinggi yang aku tetapkan untuk seorang pengambil keputusan yang akan memutuskan nasib negara ini ke depan bersama eksekutif. Juga tidak kepada orang-orang yang sama sekali tidak punya kapasitas sebagai pembuat undang-undang, dimana pada saat rapat-rapat penting menyangkut nasib rakyat mereka terlihat tertidur dengan nyenyak di ruang sidang dan sebagian lagi baca Koran . Tidak kepada anggota dewan yang terhormat, yang tiba-tiba rasa hormat tersebut berubah menjadi sebaliknya begitu foto mesra atau pun video pornonya dengan perempuan yang bukan istri mereka merebak diinternet. And still a big no to: orang-orang yang seharusnya punya moral tinggi dan menjadi teladan tetapi malah ketangkap tangan oleh KPK karena korupsi. Berganti-gantian mereka muncul ditelevisi sebagai tersangka korupsi, dan entah mengapa, aku melihat mereka seperti tikus menjijikkan yang memang suka menggerogoti.
Orang bilang golput itu haram, tidak bertanggung jawab, pengecut dan pilihan yang tidak cerdas. Aku bilang, aku mensyukuri tidak memilih pada 2 kali pemilu yang lalu. Seandainya aku ikut memilih dan kebetulan pilihanku adalah orang-orang yang aku sebutkan di atas, bukankah aku punya andil terhadap dosa-dosa mereka karena ikut memilih mereka?
Aku tidak alergi terhadap pemilu. Aku hanya tidak ingin suaraku disalahgunakan. Bagiku, suaraku adalah sesuatu yang sangat berharga dan punya nilai yang sangat besar untuk kepentingan bangsa ini. Suaraku seharusnya menjadi pemungkin untuk digunakan oleh orang yang menginginkan Indonesia yang lebih baik. Dan itu tidak aku lihat pada caleg-caleg pada 2 pemilu yang lalu. Aku mensyukuri pilihanku untuk tidak memilih.
Sekarang aku punya kesempatan ketiga untuk melakukannya lagi. Dan waktunya adalah besok. Apakah aku akan ikut mencontreng? Kalau begitu siapa yang akan aku contreng. Apakah orang-orang yang merusak pohon-pohon dengan materi kampanye mereka yang kadang2 suka lebay (berlebihan)? Atau orang-orang yang berasal dari partai islam yang anggotanya malah menjadi tersangka korupsi? Atau orang-orang dari partai yang suka menjelek-jelekan pemerintahan sekarang, padahal mereka tidak lebih baik pada waktu mereka diberi kesempatan untuk memimpin bangsa ini? Atau orang-orang dari partai baru atau partai lainnya yang pada waktu acara-acara debat di TV tampil tidak lain tidak bukan hanya untuk memperlihatkan kebodohan mereka?
Jelas bukan mereka.
Itu artinya sekarang aku akan memilih. Aku akan menggunakan hakku untuk mencontreng. Aku sudah mengamati dan mempelajari beberapa program partai. Dan aku akan memilih partai yang program-programnya sangat realistis dan masuk akal. Aku akan memilih partai yang mempunyai jejak rekam yang bagus. Gak ada tempat buat partai-partai yang program-program dan janji-janji kampanye mereka terdengar sangat bombastis dan mengada-ada. Janji-janji yang sangat membodohi. Aku bukan orang bodoh. Aku adalah orang pintar, sehingga cukup pintar untuk tidak memilih mereka.
Ya, kali ini aku akan memilih.

Selasa, 24 Maret 2009

Apakah Materi Relevan dengan Kepuasan?

"Lu musti punya opsi untuk keluar, Boy," Kata Juli, one of my best friend "How long has it been? 5 or 7 years? You deserve to have a better one." katanya berusaha lebih meyakinkan aku. Aku masih tidak bergeming.

######
Juli adalah teman yang sangat mengenal aku. Dia selalu dapat diandalkan untuk memberi masukan-masukan penting menyangkut hal apa saja. Masukannya objektif dan terkadang memberi sudut pandang yang kadang-kadang tidak bisa aku lihat sebelumnya. Dilain waktu dia ada hanya untuk sekedar menyemangatiku ketika aku meragu untuk melangkah. Aku mengenalnya ketika sama-sama ambil kuliah S-1 di Universitas Borobudur, Jakarta. Pertama kali melihatnya adalah pada waktu penataran P-4. Waktu itu dia lebih sering tampil sebagai juru bicara di kelompoknya (Nusa Jaya B), dan selalu berdebat sengit denganku, karena aku merupakan juru bicara di kelompokku (Nusa Jaya A). Pada akhir masa penataran, kami sama-sama terpilih sebagai anggota terbaik bersama 8 orang lainnya.
Setelah perkuliahan dimulai, Juli ternyata sekelas denganku. Disana aku mulai lebih mengenalnya dan ternyata we have lot things in common. Dan hal tersebut membuat kami cepet akrab. Juli mempunyai puseran rambut di tengkuk bagian belakang, dan aku juga punya persis ditempat yang sama. Juli pernah punya panu di lengan kanannya, sementara aku juga punya, tapi di lengan kiri (pada waktu bersamaan). Suatu hari aku main ke rumahnya, dan dia show off orang tuanya baru saja membeli TV baru yang sangat besar. Waktu itu Aku kagum dengan TV besar tersebut. Tapi ketika aku libur dan pulang ke Padang, aku mendapati orang tuaku juga telah membeli TV baru yang merk, ukuran dan tipenya sama persis dengan yang orang tua Juli punya. Kami (dulu) menyukai selera fashion yang sama, celana jeans dengan kaos oblong yang ditutupi kemeja gunung (flannel) tanpa dikancingi (you can't imagine how proud we were with that style). Kami menyukai makanan yang sama, walaupun beda porsi (Juli makan lebih sedikit dari aku, tapi frekuensinya lebih sering). Dan rasanya tidak terlalu mengherankan kalau kami pernah menyukai perempuan yang sama. Tentu saja hal tersebut tidak membuat persahabatan kami terpecah (siapa pemenangnya, itu tidaklah penting).
He's always there in good and bad. He can be my friend when I become Mr. Right, but he's also my partner in crime as well. :)
######

Kali ini Juli mengucapkan itu ketika kami sama-sama berada dalam kendaraannya sehabis membeli DVD bajakan Al Gore "The Inconvenient Truth" yang fenomenal itu (though it's a bit late for him to watch the movie). Kami dalam perjalanan dari Kuningan menuju Tebet. Persis di jalan Slamet Rahardjo, sebelum tugu Pancoran, Juli kembali mengutarakan hal tersebut untuk yang kesekian kalinya
Aku sangat menghargai pendapatnya. Kami sedang membahas pekerjaan yang aku lakoni sekarang. Menurutnya aku pantas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari yang aku jalani sekarang. Juli meyakinkan aku bahwa aku bisa saja menerima gaji dan kompensasi yang lebih besar dari yang aku terima sekarang. And it's only one way to make it happen, quit and try to get another (better) job. He said that I had enough qualification and experiences to have a better one. And he believed that I had every thing to make it happen. "You are too smart for this thing, Boy, come ooon....," kata Juli.
Seperti biasa, bukan Juli namanya kalau tidak bisa memberi sesuatu yang bisa membangkitkan semangatku. (apa aku bilang dia selalu memberi masukan yang objektif? well, mungkin tidak dalam hal menyemangatiku).
Topik obrolan seperti ini sering dilontarkan oleh orang-orang yang berada dalam lingkar 1 ku (Istri, saudara dan teman-teman dekatku). Tentu saja mereka menyampaikannya dengan cara yang kira-kira tidak menyinggung perasaanku. Hal yang jadi pertimbangan mereka hampir sama, yaitu jumlah kompensasi yang aku terima. Aku selalu jujur menjawab pertanyaan mereka mengenai jumlah gaji dan semua bonus yang aku terima. Aku merasa tidak ada yang perlu disembunyikan mengenai penghasilanku, karena memang begitu adanya.

Apa benar pekerjaan ini tidak cocok buatku?
Kepuasan apa yang aku dapatkan dari pekerjaanku yang sekarang?
Apa aku telah cukup memperoleh banyak hal dari pekerjaanku?

Hmm, mari kita lihat....

Aku teringat akan petuah Bapakku (yang aku hormati melebihi langit dan bumi) beberapa tahun silam. Setiap pekerjaan yang kamu lakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh, akan membawa kamu kepada keberhasilan.

Aku mulai dari situ.

Apa semua pencapaian dan kepuasan dapat dinilai dengan uang? Coba tanyakan hal tersebut kepada orang-orang yang terlebih dahulu telah membuktikan dirinya menjadi orang-orang yang pantas untuk diingat sepanjang masa. Bunda Theresa, Bill Gates, Nelson Mandela, Mahatma Ghandi, Thomas Alfa Edison, Moh. Hatta, Albert Einstein, Van Gogh, Socrates, dll. Mereka adalah orang-orang yang melebihi masanya. Mereka adalah orang-orang yang sangat total dan mempunyai dedikasi penuh terhadap apa yang sedang mereka kerjakan, walaupun harus dihukum mati atau menjadi gila karenanya. Mereka tidak meminta untuk menjadi kaya, tetapi kekayaanlah yang dengan senang hati menghampiri mereka. Kalaupun mereka menjadi kaya (baik kaya secara materil maupun sprituil) karena apa yang mereka lakukan, hal itu hanyalah bonus dari yang mereka kerjakan. Mereka dihormati bukanlah dari apa yang telah mereka punyai, tetapi dari apa yang telah mereka berikan.

So, apakah materi masih relevan dengan kepuasan?

Sebelum aku mendapatkan pekerjaan ini, aku adalah seorang yang introvert dan sangat soliter. Aku seolah-olah asyik dengan duniaku. Aku jarang mengenal hal-hal yang baru dan orang-orang yang baru. Temanku selalu itu-itu saja. Kalaupun ada, itu pastilah teman untuk sekedar 'say hai' saja. Aku sangat konvensional. Aku tidak mau memikul sebuah tanggung jawab. Aku menjadi pemilih, walaupun tanpa maksud. Aku jarang mengikuti perubahan. Aku bukan trend setter tetapi juga bukan follower. Aku bukan siapa-siapa. Aku bahkan merasa tidak eksis. Dan aku sadar, itu adalah kelemahan terbesarku. Tapi waktu itu aku tidak kuasa untuk merubah perilaku tersebut. Ada keinginan untuk berubah, tetapi aku tidak tahu harus bagaimana dan mulai darimana. Seperti Buya Hamka bilang, ada dua hal yang sangat berat untuk dilakukan manusia, merubah kebiasaan dan membiasakan sesuatu. Aku sadar aku harus berubah, kalau tidak ingin tergilas zaman. Segala sesuatu pasti berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan tidak akan pernah berubah menjadi tidak berubah. Tapi rubah tidak akan berubah menjadi domba...ups, ngaco...kembali ke laptop!
Tapi sejak aku mendapatkan pekerjaan ini, sesuai dengan jabatan dan diskripsi pekerjaan yang aku terima, aku dituntut untuk lebih mengerti banyak hal. Aku dituntut dan dituntun untuk berubah. Aku harus memahami banyak karakter dan syarat utama untuk melakukannya adalah memahami karakter diri sendiri terlebih dahulu. Aku harus melatih dan menampilkan sisi leadership yang aku punya. Dulu aku tidak pernah membayangkan akan sering berbicara di depan orang banyak, sekaligus panutan untuk mereka dan menjadi sabar terhadap suatu kritik atau komplain. Aku diwajibkan untuk memikul tanggung jawab terhadap target-target yang telah ditetapkan. Aku mulai terbiasa dengan tekanan-tekanan, yang sesungguhnya kalau dilihat dari perspektif lain akan menjadi hal yang indah mewarnai perjalanan hidupku. Aku merasa terpuaskan ketika tekanan-tekanan tersebut satu per satu dapat teratasi. Aku bahagia.
Dan, kebahagiaan tersebut belum tentu aku dapatkan seandainya aku tidak bekerja disini atau memilih keluar dari pekerjaan ini. Aku memperoleh banyak hal dari sini. Tuhan menunjukkan rasa sayangNya padaku dengan cara ini. Aku mensyukurinya. Terima kasih Tuhan.
So, apakah materi masih relevan dengan kepuasan?

Selasa, 17 Maret 2009

Tentang Seseorang 2

Jakarta, 8 Oktober 2006

Aku sedang mencari sesuatu yang membuatku betah menempati rumah baruku, apa aku perlu menyewa jasa design interior?,” suara lelaki teman kecilku diujung telpon meminta pendapat.

Seketika aku teringat kamar kecil berukuran 2,5 x 3 m berlantaikan 68 buah ubin keramik putih yang pada beberapa bagian sudah retak dengan dinding bercat hijau muda yang sudah buram. Pada dinding itu menempel dua buah jendela yang ditutupi gorden biru telor asin pemberian bundamu. Disudut timur, disamping jendela depan, terletak sebuah lemari plastik yang sudah robek disana-sini memperlihatkan isinya berupa beberapa pakaian yang terlipat rapi dan bersih. Poster Spiderman tanpa bingkai, tokoh heroik masa kecilku (dan masih!) ditempel menghiasi dinding barat berhadap-hadapan langsung dengan pintu masuk, seolah-olah menyambut setiap orang yang masuk kesana. Kasur kapuk tanpa dipan, juga pemberian bundamu, terletak tepat di balik pintu tempat dimana kita biasa menghabiskan beberapa senja sambil menikmati detik yang berlalu.

Disana, di surgaloka kesederhanaan kamar itu, pernah kau berkata “Aku suka mata dan senyummu...mereka indah!” Pujianmu tidak sempat membuatku narsis. Mereka menjadi indah semata-mata hanya karena sedang mengagumi dan memujamu.

“... Are you still there?” suara diujung telpon membuyarkan lamunanku.
Kau hanya butuh orang yang kau cintai!” jawabku menutup pembicaraan.

Sabtu, 14 Maret 2009

Hari Yang Menguras Emosi

Nuraniku menangis.Dan semuanya berawal dari sebuah peristiwa yang terjadi di tempat pekerjaanku. Sebenarnya hari ini aku mulai dengan cukup menyenangkan. Aku bangun sekitar jam 5, setelah beberapa hari yang lalu aku merasakan kecapean yang sangat, pagi ini aku terbangun dengan perasaan yang segar dan siap menghadapi aktivitas kerja. Aku memulai hari dengan senyum dan semangat yang menyala. I thought this could be a beautiful day to run.

Aku berangkat kerja agak kesiangan karena godaan untuk mengganggu tidur Cherryl. Mukanya yang polos ketika tertidur lelap, membuat aku tidak tahan untuk menciumnya sampai dia terbangun dan menangis karena aku gangguin. Barulah setelah dia tertidur lagi, aku berangkat menuju tempat kerja. Itu sekitar jam 7:10. Aku beruntung karena store yang aku pegang sekarang jaraknya sudah lebih dekat. Hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai ke tujuan. Itu pun nyetirnya santai banget. Jalanan yang lengang di hari Sabtu, adalah alasan yang sangat baik untuk menikmati perjalanan ke kantor.

Sampai di kantor aku mengecek untuk beberapa saat semua administrasi dan pencapaian sales hari kemaren. Kemudian sekitar jam 8:15, aku mengadakan pre-shift meeting dengan karyawan yang kemudian langsung diikuti dengan membuat PPIC dan MPCS (Rencana/Target hari ini). Semuanya adalah rutinitas yang biasa aku lakukan pada saat jaga shift pagi. Just another day at work.

Sampai saat masuk business hours-pun semuanya masih berjalan lancar. Customer yang cukup ramai, dan intensitas kerja yang lebih tinggi pada saat week-end tidak dapat mengganggu indahnya hari ini. Aku tetap dapat menikmati hari ini.

Sampai akhirnya keindahan hari ini harus berakhir ketika aku mendengar tangisan seorang anak kecil di ruang dining. Saat itu aku berada di back up section. Tangisan tersebut sangat kencang, sehingga cukup kencang untuk membuat aku mencari tahu ada apa gerangan anak tersebut menangis.

Aku keluar menuju ruang dining. Disana sudah banyak customerku yang sedang menyantap makanan. Suara tangisan yang kencang tidak menyulitkanku untuk mencari tahu darimana sumbernya berasal. Ternyata tangisan tersebut berasal dari seorang anak yang berusia sekitar 3 tahunan yang sedang disuapi makan oleh ibunya yang berusia kira-kira sekitar 30-an tahun, tapi tidak mungkin lebih dari 40.

Anak tersebut rewel tidak mau disuapi makan oleh ibunya. Seketika aku teringat Cherryl yang punya "penyakit" sama. Tanpa sadar aku tersenyum membayangkan Cherryl. Tetapi senyum tersebut berganti kekagetan yang luar biasa ketika aku dengan mata kepalaku sendiri melihat wanita tersebut mengemplang kepala anaknya. Dan kemplangan tersebut adalah kemplangan yang keras sehingga membuat tubuh si anak doyong ke samping. Tangisan si anak semakin keras dan pilu. Dan wanita itu semakin kalap dan menampar bibir si anak, sehingga kali ini si anak terhuyung ke belakang. Untung kursi yang diduduki si anak mempunyai sandaran, sehingga si anak tidak terjengkang ke belakang. Ternyata hal tersebut tidak membuat wanita tersebut puas. Ketika si anak masih tidak bisa diam, dia menyiramkan air mineral ke tubuh anaknya dan itu diikuti dengan mencubit dengan keras (benar-benar keras) pipi si anak.
Anak itu menjerit sangat keras. Aku berjalan ke arah mereka dan berdiri lebih kurang 1 meter dari meja mereka. Aku berharap wanita tersebut punya sedikit rasa malu dan menghentikan perbuatannya terhadap anak tersebut. Tetapi harapanku tidak terkabul. Ketika si anak tidak kunjung bisa disuapi, wanita tersebut kembali menampar mulut anak malang tersebut dan menyerapahinya.

MY GOD!!

Dengan cara apa wanita tersebut dibesarkan dan dididik sehingga sampai punya hati menyiksa anak tersebut? Peristiwa apa yang terjadi di masa lalunya yang membuat dia kehilangan rasa keibuan dan manusiawinya? Ibu macam apa yang tega menyiksa anak yang (kalau anak kandungnya) dikandungnya selama 9 bulan dengan penuh perjuangan? Tidakkah dia sadar bahwa perbuatannya itu berpengaruh kepada kesehatan psikologi anaknya? Tidakkah dia menyadari bahwa apa yang dia lakukan telah merobek harga diri dan mempengaruhi masa depan anaknya? DUNIA MACAM APA INI?

Aku marah. Aku menatap ke arah wanita tersebut dan sama sekali tidak menyembunyikan emosi dan perasaan ketidaksukaanku kepadanya. Wanita itu balas memandangku. Kami hanya saling berpandangan selama sekitar 10 detik. Jelas sekali kami saling tidak menyukai. Aku sudah bersiap untuk menjawab setiap ucapan yang keluar dari mulut serapah dan penuh kebencian itu. Aku tidak peduli lagi. Aku sadar aku masih in charge, dan aku seharusnya menghargai semua customer yang datang. Tetapi perbuatan wanita tersebut adalah sesuatu yang tidak pantas untuk dihargai. Dan dia harus diberi pelajaran.

Wanita itu mengalihkan pandangannya dariku dan kembali menatap penuh kebencian kepada anak malang tersebut. Dia kembali mengeluarkan sumpah serapah kepada si anak, namun kali ini tanpa diikuti oleh penyiksaan fisik. Dan setelah melempar nasi ke arah wajah anak itu, wanita jahanam tersebut berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah belakangku menuju wastafel.

Si anak menangis keras karena mengira ibunya pergi meninggalkannya. Seketika dia menuruni kursinya, memungut sandalnya, dan melangkahkan kaki kecilnya berlari ke arah yang berlawanan dengan ibunya (ke arah luar restoran / ke arah eskalator). Wanita tersebut mengetahui anaknya berlari mencarinya ke arah yang salah, namun dia hanya mendiamkan.
Aku berlari mengejar anak tersebut, karena khawatir dia terjatuh dieskalator. Aku segera menggendongnya dan memberitahukannya bahwa ibunya ada di wastafel. Baju dan celananya basah kuyup karena siraman ibunya. Anak itu menatapku dengan wajah penuh ketakutan akan ditinggal ibunya. Untuk pertama kalinya aku bisa melihat wajahnya yang sangat tidak berdaya. Hatiku terenyuh. Aku bahkan dapat merasakan detak jantungnya berdetak sangat kencang didadaku. Aku berusaha menenangkannya dan mengusap-usap rambutnya.
Wanita tersebut menghampiri kami. Dan aku melepaskan anak tersebut dari gendonganku. Dengan kasar wanita tersebut menarik anak itu dan berjalan ke arah luar restoran. Aku memandang mereka menghilang di eskalator. Doa kupanjatkan untuk anak tersebut.

Setelah mereka menghilang aku mendengar beberapa orang customer yang kebetulan melihat "aksi" wanita tersebut berkomentar. Beberapa diantaranya berbicara kepadaku. Tetapi pikiranku saat itu masih kepada anak tersebut. Dan setelah sedikit berbasa-basi, aku meninggalkan mereka dan berjalan ke arah gudang dry goods. Aku tidak tahu apa yang menuntunku menuju ke sana.
Sesampainya di gudang, aku mendapati diriku sarat dengan emosi. Ada perasaan muak dan gerah. Ada perasaan marah dan geram melihat apa yang telah dilakukan wanita tersebut yang sudah terlanjur aku anggap bukan manusia lagi. Ada perasaan menyesal, seharusnya aku bisa berbuat lebih banyak untuk anak tersebut. Dan ada perasaan sedih yang mendalam mengingat apa lagi yang akan terjadi terhadap anak tersebut. Dadaku sakit. Aku menangis.
Sekarang, saat aku membuat tulisan ini, 10 jam setelah kejadian tersebut, aku masih dapat merasakan emosi ini.

Tuhan, tolong jaga anak tersebut dalam lindunganMU.

Minggu, 08 Maret 2009

Farewell MKG 3, Thank you for everything




Genap 4 hari sudah aku menempati pos baru pekerjaanku. It's still the same position, same job description, same responsibilities but it's definetely different store to handle, different classification of store, different type of customers and of course more complicated and more challenging. Store yang aku pegang sekarang termasuk dalam kategori the best 5 in sales.

Tanggal 3 Maret yang lalu aku serah terima dengan RM yang lama. Serah terima tersebut melibatkan 3 RM dan tentunya 3 store (Pak Deny from ITC Cempaka Mas to MKG 3, Pak Hasan from Arion to ITC Cempaka Mas dan me, myself, from MKG 3 to Arion). Serah terimanya sendiri berlangsung singkat dan tidak berlama-lama. Tetapi acara tersebut berubah menjadi lama karena kami (Pak Deny, Pak Hasan dan aku) ngobrol ngalar-ngidul dulu setiap selesai serah terima satu store. Siapa bilang ngegosip hanya monopoli kaum perempuan? hyyuuuk...

Pada saat pertama kali mengetahui akan dimutasi ke Arion dan meninggalkan MKG 3, ada perasaan sedih dan berat hati untuk meninggalkan karyawanku disana. Selama ini aku dan karyawan-karyawan MKG 3 sudah bekerja bahu membahu menjawab tantangan dari perusahaan untuk menjadikan store MKG 3 menjadi lebih baik. Secara sadar atau tidak, telah tercipta ikatan emosi yang cukup kuat antara aku dengan tim di MKG3.

Aku mulai memimpin di MKG 3 sekitar awal Januari 2005. Pada saat itu klasifikasi store MKG 3 adalah medium store. Tantangan terbesar aku pada saat itu adalah kenyataan bahwa store MKG 3 adalah termasuk the best 10 through 5 criteria. Aku punya tanggung jawab untuk mempertahankan predikat tersebut disamping harus meningkatkan klasifikasi store menjadi lebih tinggi lagi. Dan itu aku sadari bukanlah pekerjaan yang mudah. Tapi aku percaya aku dapat melakukannya.

Hal pertama yang aku lakukan pada saat menempati store tersebut adalah mengadakan konsolidasi dengan staff duty (Asst RM), dan kemudian juga dengan karyawan disana. Kepada mereka aku menjabarkan secara general frame arah kebijakanku disana. Aku berkeinginan untuk membuat tim yang solid terlebih dahulu. Dalam pandanganku, teamwork building menjadi keniscayaan apabila kita ingin mencapai setiap goal dari perusahaan secara efektif dan efisien. Dan teamwork building merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam menjawab setiap tantangan yang selalu berubah-rubah.

Seperti perkiraanku sebelumnya, ini memang bukan tugas yang mudah. Pada awal kepemimpinanku disana, ada saja beberapa orang (walau jumlahnya kecil) yang coba-coba 'menantang' kebijakanku. Dalam hal ini aku harus bertindak tegas, dimana aku tidak mentolerir setiap kesalahan yang vital dalam prosedur dan PKB dan kesalahan yang berdampak luas terhadap arah objektif perusahaan. Dan sebagai dampaknya, beberapa orang terpaksa harus dikeluarkan karena melanggar peraturan perusahaan.

Dalam memproses PHK seorang karyawan, selalu mendatangkan dilema buatku. Dari sisi moral, aku merasa merenggut hak mereka atas penghasilan mereka. Tetapi dari sisi tugas dan tanggung jawab, aku mempunyai kewajiban untuk memastikan jalannya store yang aku pimpin di atas rel peraturan dan prosedur perusahaan. Dan dalam hal ini sikapku sangat jelas: bekerja sebaik mungkin sesuai tanggung jawab yang aku pegang dan mencegah terjadinya wanprestasi.

Karena itu aku senantiasa untuk mendisiplinkan diri dihadapan karyawanku. Aku berharap, mereka dapat mengikutinya untuk diri mereka sendiri. Aku menanamkan sikap bertanggung jawab kepada mereka dengan cara yang mungkin mereka tidak sadari. Aku 'menantang' mereka untuk melaporkan kepada atasanku setiap perbuatanku dalam bertugas yang menyimpang dari peraturan perusahaan. Dengan sendirinya mereka juga harus mendisiplinkan diri dalam bekerja. Aku juga menumbuhkan sikap demokratis di store tersebut. Sehingga aku sangat terbuka terhadap kritik dari mereka, yang kadang-kadang kritik tersebut berisi masukan-masukan yang bersifat potensial dalam membangun kemajuan store kami.

Hasilnya cukup mencengangkan. Tiga tahun setelah aku pegang store MKG3, banyak terjadi perubahan-perubahan yang mengagumkan. Store kami naik klasifikasinya dari medium store menjadi large store. Sales meningkat sebesar 50% lebih (dibanding saat pertama aku pegang). Nilai CHAMPS sempurna untuk hampir 3 tahun berturut-turut (hanya 1 kali dibawah seratus). Kami sering mendapatkan bonus dari perusahaan. Dan puncaknya, store kami menjadi store dengan predikat outstanding performance thru' Balance Score Card in 2007. Dan itu membawaku menjadi an elite member of YUM Restaurant Internasional yang sertifikatnya dianugerahi di Beijing, China, tahun 2008 yang lalu. Membanggakan!

Mission Accomplished.

Terima kasih store MKG 3.
Terima kasih timku yang luar biasa.
Kalian membuatku bangga .
Kalian membuat mutasi ini menjadi lebih berat dan penuh emosi untuk dilakukan.
Akan tetapi aku bisa meninggalkan kalian dengan senyum dibibir dan kepala yang tegak.
Aku percaya kalian akan tetap menjadi yang terbaik, siapa pun pemimpinnya.
Terima kasih.
Sekali lagi terima kasih.
Tuhan memberkati kalian semua.

Jumat, 06 Maret 2009

Tentang Seseorang 1

Tentang seseorang

Dengan mimik muka serius wanita itu berkata kepada laki-laki muda pujaan hatinya:”Aku menginginkan kamu untuk menemaniku menghabiskan sisa hidupku! Dan tidak ada alasan buatmu untuk menolaknya…mengerti?!”

Laki-laki muda itu terpana. Bukan hanya tidak menyangka bahwa wanita cantik tersebut menginginkannya, tetapi lebih dari itu dia terpana dengan cara wanita tersebut mengungkapkan perasaannya. Jauh dari kesan cengeng dan meminta dalam pengharapannya.

Dengan penasaran, laki-laki itu bertanya:”Aku tidak mengerti...Apa maksudmu aku tidak punya alasan menolak?”

Tanpa senyum wanita tersebut menjawab: ”Karena aku berhak untuk mencinta, dan kamu tidak berhak untuk menyakiti.”

Selasa, 03 Maret 2009

Unfair Game from Cherryl

Cherryl sudah sembuh. Rasanya tidak ada kebahagiaan melebihi melihat dia bertumbuh dengan sehat dan bahagia. Makannya sudah lumayan banyak 3 hari terakhir ini. Aktivitasnya pun sudah kembali normal, seperti sekolah lagi, nonton program tv kesukaannya sambil lompat-lompatan ditempat tidur, menanyakan arti dari sebuah kata yang baru didengar atau dilihatnya, ataupun hanya sekedar bercanda atau mengisengi aku.....ya, iseng sama Bapaknya sendiri!

Banyak hal yang kadang-kadang membuat aku kewalahan dengan semua pertanyaan dan sifat tidak bisa diamnya. Seperti dalam suatu percakapan dengannya ," Daddy, kenapa uni (Cherryl memanggil dirinya dengan sebutan uni) punya oboh dan dedek Raja (sepupu laki-lakinya) punya empong?". Oboh dan empong adalah sebutan Cherryl untuk (maaf) alat kelamin perempuan dan laki-laki. Aku cukup terkejut dengan pertanyaannya. Tapi aku berusaha tenang dan mencoba menjelaskannya dengan bahasa yang kira-kira dia mengerti. Kepadanya aku uraikan perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan, termasuk tentunya perbedaan anatomi di antara mereka. Cherryl sangat antusias mendengar penjelasanku. Ada banyak pertanyaan susulan olehnya yang tentunya aku jawab semuanya. Sampai pada akhirnya pembicaraan tersebut terpaksa harus aku akhiri pada saat Cherryl berkata ,"Kalo gitu Uni pengen liat dong empong Daddy."

Dilain waktu dia mengungkapkan keinginan-keinginannya seperti: kalau besar ingin menjadi dokter, ingin menjadi pacar Spiderman (who the hell is spiderman? aku tidak akan pernah mengagumi spiderman lagi), ingin punya sepeda roda dua (walaupun belum bisa), ingin lebih tinggi dari Daddy, dll. Dan aku biasanya selalu senang mendengar setiap keinginannya tersebut.

Tapi ada satu kejadian yang membuat aku benar-benar tidak bisa berkata-kata. Cherryl adalah orang yang kalau kentut suka sembarangan. Kadang-kadang kalau dia mau kentut, dia berlari ke arahku dan menempelkan pantatnya untuk kemudian mengentutiku. Kalau sudah terlanjur kentut, biasanya dia menyuruhku untuk menciumi pantatnya. Dan ini sering terjadi. Aku tidak tahu siapa yang pertama kali mengajarkan dia begitu. Tapi selama ini aku fine-fine aja karena aku tahu itu caranya mengisengi aku dan aku malah balik membecandain dia. Kadang sebagai reaksi dari kelakuannya tersebut aku menciumi perutnya sampai dia menjerit-jerit karena kegelian. Aku berpikir itu bisa menambah keakraban di antara kami.

Sampai pada suatu ketika ketika aku bangun pagi dan Cherryl masih tidur disampingku. Aku tahu dia tidak benar-benar tidur, karena sebelumnya dia ke kamar mandi untuk pipis. Tiba-tiba saja aku merasa ingin kentut, dan hitung-hitung sebagai pembalasan, pelan-pelan aku menempelkan pantatku kearahnya dan....Duuttt! aku mengentutinya. Tiba-tiba dia langsung berdiri sambil menuding dan berkata,"Kurang ajar lu!!...bego lu!!!"

I'm speechless...

Kamis, 26 Februari 2009

Cherryl Sakit Lagi


Hari ini adalah hari liburku untuk minggu ini. Aku belum merencanakan akan mengisinya dengan apa. Tapi ada beberapa usulan dari istriku Yanti, dan Cherryl, anakku. Cherryl minta ke Dufan, setelah sekian lama tidak pernah ke sana (terakhir kesana adalah pada saat ultah Cherryl yang ke-2). Rupanya kenangan akan Dufan meninggalkan kesan yang menyenangkan bagi Cherryl. Buktinya setelah lewat dua tahun, Cherryl masih bisa mengingatnya dengan jelas, bahkan bisa menceritakan bagian-bagian yang aku sendiri sudah lupa. My angel is getting smarter.

Tapi rencana ke Dufan untuk saat ini sepertinya bukanlah ide yang bagus. Tadi malam Cherryl badannya panas. Tidurnya pun gelisah. Sekitar jam 1 malam aku bangunin Yanti dan minta dia menyuapkan obat penurun panas. Selang setengah jam, obat tersebut bereaksi seperti yang aku inginkan. Panasnya hilang. Tapi tidurnya masih gelisah, walaupun sudah berkurang. Seandainya bisa, aku ingin sakit itu dipindahkan ke diriku saja. Aku mau semua beban, derita, rasa sakit, kekecewaan yang dirasakan anakku, aku yang menanggungnya. Walaupun aku tahu itu sebenarnya diperlukan oleh Cherryl untuk proses pematangan diri.

Pagi tadi Cherryl bangun jam 7. Walaupun badannya sudah tidak panas lagi, tapi aku tetap melarangnya untuk ke sekolah. Fisiknya belum terlalu fit untuk aktivitas sekolah. Saat ini yang dia perlukan adalah banyak istirahat dan asupan gizi yang cukup. Sayangnya, kalau bicara soal makanan, Cherryl bukanlah tipe anak yang doyan segala. Makannya susah dan pemilih. Tadi pagi pun makannya kembali bermasalah. Dibuatin susu oleh Mami tidak diminum. Disuapin nasi dengan ikan goreng, juga lebih banyak yang dilepehin. Hal tersebut, seperti biasa, sudah cukup memancing Maminya untuk marah-marah dan ditanggapi dengan tangisan dan ambekan Cherryl. Biasanya kalau sudah sampai titik ini, aku yang mengambil alih untuk menyuapi Cherryl.

Aku berhasil menyuapinya cukup banyak. Tapi setiap kali aku menyuapinya, aku harus membayar harga yang cukup mahal. Aku harus memasang label tegas dan tidak ada kompromi atas setiap rengekan Cherryl. Aku membawanya ke dalam kamar dan tidak boleh ada orang lain yang masuk. Cherryl hanya boleh keluar dari kamar, jika makanannya telah habis. Aku tidak memarahinya., tapi hanya menegasi setiap perintah yang aku berikan kepadanya (paling tidak itu yang ada dalam pikiranku). Saat ini Cherryl belum bisa aku ceramahi mengenai betapa banyak orang yang kelaparan di luar sana. Logikanya masih belum sampai kesana. Aku hanya menjelaskan pentingnya makanan untuk kesehatannya. Yang aku butuhkan hanyalah Cherryl mengunyah dan menelan makanannya.

Cherryl memang mengunyah dan menelan makanannya. Tapi selama waktu aku menyuapinya, dia hanya tertunduk dan tidak berani menatapku dan berusaha menahan tangisnya sambil mengunyah. Hatiku miris. Disatu sisi aku tidak mau dia ketakutan sama aku, Bapaknya sendiri. Tapi disisi lain dia harus mengisi perutnya agar tetap sehat. Inilah harga mahal yang aku maksudkan. Maafkan aku, nak....semuanya hanya demi kebaikanmu.

Setelah makannya selesai, aku langsung membuat suasana yang ceria agar dia dapat segera melupakan tekanan dalam acara makan tersebut. Aku tahu Cherryl sangat menyukai cerita waktu dia masih kecil (biasanya ini aku lakukan waktu dia mau tidur malam). Aku nyalain komputer dan membuka poto-poto waktu Cherryl masih bayi sambil menceritakan suasana dan proses waktu poto tersebut diambil. Dia menikmatinya dan tidak pernah bosan, walaupun ini adalah repetisi yang kesekian kali.

Sekitar 20 menit kemudian, dia jatuh tertidur. Aku tersenyum memandang wajahnya yang polos. You are the most wonderful thing that ever happen in my life. Sleep tight, my angel.

Aku janji, setelah kamu bangun nanti, aku akan membawamu ke tempat arena bermain di mall yang kamu sukai. I love you more than life.

Pada sebuah malam,
Aku dan kutipanku

“ Ladangku adalah waktu,“ kata Goethe.
Dan kita diam-diam berkubang di dasarnya.

Ketika itu hanya ada satu hasratku terhadap waktu, yaitu melampauinya. Seperti kata Pindarus, Piticus ke-3 “ Janganlah mengharapkan kehidupan abadi, tetapi jelajahilah segala yang mungkin sampai tuntas “. Sebab, selalu saja ada yang tumbuh dalam kepalaku, walaupun malu-malu, menggelegak untuk kemudian membuka dunia……..Cut !

What’s a Life ?

Seandainya mencintai saja sudah cukup, segalanya akan terlalu mudah. Begitupun hidup, karena cinta yang abadi adalah cinta yang penuh dengan pertentangan. Semua kehidupan yang dijalani dalam suasana absurd yang kikir tidak akan mampu bertahan tanpa suatu pikiran yang dalam dan tetap, yang menghidupinya dengan kekuatannya, Bahkan itupun hanya dapat berupa suatu rasa kesetiaan yang aneh. Kita telah melihat orang-orang yang dengan sadar melakukan tugas di dalam perang yang paling konyol tanpa merasakan suatu pertentangan bathin. Itu masalahnya karena tidak menghindar terhadap apapun. Dengan demikian terdapat kebahagiaan metafisik untuk menanggung absurditas dunia.

Ini bunga untukmu, Jangan sedih !

Jika Stavrogin percaya, ia tidak percaya bahwa ia percaya. Jika ia tidak percaya, ia tidak percaya bahwa ia tidak percaya.
Itulah pesimisme yang banyak mempengaruhi hidup, dalam artian retorika-retorika hidup yang kadang kita sendiri tidak akan bisa hidup tanpanya.

Untuk sementara, itulah hidup.

Then what life’s for?

Alangkah indahnya jika kita bisa menjadi seseorang, dimana hanya minoritas pejuang tulen yang mampu mencapainya.
Alangkah indahnya hidup, jika kita bisa mencapai ‘kecintaan’ melalui pengorbanan tulus yang seolah tiada akhirnya..
Dan alangkah indahnya cinta, jika kita tiada pernah terpikir untuk menodainya dengan segala penyakit hipokrasi, egosentris, dan ketidakpuasan yang telah lama menjadi budaya manusia yang mengaku dirinya modern.
Anehnya,
itu selalu kita bantah!

Life’s the matter of choice...

Rabu, 18 Februari 2009

Pelajaran Dari Seorang Profesor

Sekitar 3 hari yang lalu aku mendapat SMS dari salah satu dosen pembimbingku. Isinya menyarankan aku untuk segera menyelesaikan tesisku yang sudah tertunda selama 2 tahun. Ini adalah kali ke sekian dari orang-orang yang concern padaku untuk menyarankan hal yang serupa. Persis satu hari sebelum SMS itu aku terima, istriku juga sudah menanyakan kelanjutan dari studi yang sudah aku ambil sejak tahun 2005 tersebut. Dia bilang orang tuanya (mertuaku) juga menanyakan kapan aku diwisuda. Bahkan beberapa teman dalam beberapa kesempatan juga menanyakan hal yang sama, walau pun terkesan basa-basi.

Setahun yang lalu, dosen tersebut juga mengirimkan SMS yang sama. Bahkan beliau langsung meneleponku dan menawarkan bantuan atas kesulitan yang aku hadapi (sesuai tugasnya sebagai dosen pembimbing). Sebenarnya sudah beberapa kali aku menemui beliau untuk berkonsultasi mengenai tesis yang sedang aku kerjakan, dan dalam hal ini beliau cukup membantu sesuai dengan kapasitasnya.

Pada awal pengajuan proposal tesis, sebenarnya aku sudah diingatkan oleh dosen pembimbing yang lain bahwa masalah yang akan aku teliti (berdasarkan judul tesis yang aku buat) tidak akan bisa untuk dibuktikan. Pengalamannya sebagai seorang dosen dengan gelar profesor menyarankan aku untuk mengganti judul. Tetapi pada saat itu aku bersikeras tetap akan melanjutkan penelitian sesuai dengan proposal yang aku ajukan. Terjadi sedikit argumentasi dengan sang profesor. Saat itu alasan yang aku berikan kepada profesor tersebut adalah bahwa sudah ada 2 penelitian terdahulu mengenai hal ini, dan mereka ternyata bisa membuktikannya. Penelitian terdahulu tersebut dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor perhubungan dan sektor telekomunikasi. Sementara penelitian yang akan aku lakukan adalah di perusahaan tempat aku bekerja (bergerak di bidang jasa restoran). Profesor yang sudah berumur lebih dari 60 tahun tersebut memberikan pandangannya tentang proposal penelitian tersebut dengan bahasa teknis dan ilmiah yang sebenarnya sudah aku pelajari, tetapi masih tidak aku mengerti. Sang profesor tetap menyarankan untuk mengganti judul sebagaimana aku tetap bersikeras untuk tidak. Profesor tersebut akhirnya mengalah dan sambil tersenyum (serta mengangkat bahu) beliau akhirnya menandatangani persetujuan atas proposal tesisku.

Saat itu aku merasa menang. Ada sedikit rasa bangga karena aku bisa mengalahkan seorang profesor dalam suatu debat yang sudah menjadi bidangnya.

Tapi rasa bangga tersebut tidak berlangsung lama. Pada saat memasuki bab pembahasan, aku baru menyadari bahwa data yang aku gunakan kurang mencukupi untuk diolah karena hanya menggunakan satu sampel perusahaan saja. Dibutuhkan beberapa sampel perusahaan sejenis agar data dapat diolah. Padahal aku sudah menggunakan program statistik pengolah data terbaru pada saat itu. Dan jika aku harus menambahkan sampel beberapa perusahaan sejenis, itu berarti aku harus mengganti judul penelitian, seperti yang pernah disarankan sang profesor.

Aku merasa ditampar. Tiada muka untuk bertemu dengan profesor itu lagi. Aku malu. Praktis sejak saat itu aku tidak pernah menemui beliau lagi untuk berkonsultasi mengenai bab pembahasan. Beliau telah memberiku pelajaran dengan cara mengalah.

Tetapi bukankah seseorang akan bertambah bijak dari kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan?

Aku akan belajar dari hal ini. Waktu setahun rasanya telah cukup untuk menyembunyikan rasa maluku. Dalam waktu dekat aku akan berusaha untuk mencari judul lain yang sama sekali baru. Tetapi sebagai langkah awal, aku akan mencoba untuk menemui profesor (yang aku hormati 7 zaman) tersebut dan mengakui kesalahan dan kegagalanku. Aku percaya, beliau akan tetap menerimaku dan membimbingku. Moga-moga judul penelitianku yang baru dapat segera beliau tandatangani dengan tersenyum lagi dan tentunya tanpa mengangkat bahu. Dan aku berkeinginan untuk tetap melihat senyum itu pada saat beliau melantikku pada acara wisuda.

Senin, 16 Februari 2009

Hari Pertamaku Menulis Di Blog

Ini hari pertamaku nge-blog. And in the matter of fact, I just don't know what to write. I don't have any idea right now. Satu-satunya alasan aku ada di sini adalah karena aku termotivasi oleh seorang teman yang sudah terlebih dahulu punya blog. Seorang teman yang dulunya aku tahu persis suka membaca. Rasanya tidak mengherankan kalau sekarang tulisan-tulisan di blog-nya mampu merubah paradigmaku yang dulu berpikir hanya orang-orang yang narsis yang bikin blog.
Sebenarnya apa yang ditulis oleh sang teman di dalam blog-nya tersebut sangat sederhana. Isinya adalah seputar kegiatan yang dilakukannya sehari-hari, keluarga, teman, pekerjaan ditambah beberapa (sedikit) poin mengenai pemikirannya terhadap suatu hal. Sederhana. Tetapi kejujurannya dalam penceritaan dan bahasa yang digunakan membuat tulisan tersebut menjadi enak untuk dibaca. Indah malah. Tentunya unsur subjektifitas, kenyataan bahwa aku mengenal dia, ikut mempengaruhi penilaianku terhadap tulisannya tersebut.
Dulu (sebelum menikah) aku suka menulis. jumlahnya tidak banyak. Tulisannya pun hanya berupa puisi, cerpen dan narasi-narasi sederhana mengenai pemikiranku terhadap suatu hal (persis seperti punya temanku). Sayangnya, setelah menikah dan pindah dari kos-an untuk tinggal bersama istri (baca: rumah mertua), tulisan-tulisan tersebut banyak yang tidak terbawa. Malah aku musnahkan karena tidak ingin dibaca orang lain. Hanya sebagian kecil dari tulisan tersebut yang masih ada sampai sekarang. Itu pun kebanyakan puisi.
Sekarang aku bisa mulai lagi untuk menulis. Rasanya aku tidak perlu takut lagi akan label narsis. Toh tulisan ini bukan untuk bermaksud pamer, karena memang tidak ada yang patut untuk dipamerkan disini. Ini hanyalah penyaluran hobi. Ini adalah catatan-catatan kecil seseorang yang bukan siapa-siapa. Moga-moga tulisan ini, suatu saat ke depan, bisa menjadi sarana buat aku untuk bernostalgia, introspeksi diri dan berkontemplasi yang berakhir pada pendewasaan diri. Siapa tahu ada yang membacanya kemudian tergugah untuk mulai menulis juga, just like what my friend did to me.
To my friend: Arizaldi Ardal, whereever you are, thank you for open up my mind. God be with you.