Minggu, 14 Juni 2009

Should I? or should I not?

Sepertinya aku meragu akan sebuah prinsip yang selama ini telah aku jalani. Prinsip yang selama ini telah menguatkan hati untuk sebuah jalan yang kutempuh. Apakah ini adalah sebuah fase kehidupan dimana aku harus bijak terhadap suatu keputusan lagi? Sebuah keputusan yang akan berpengaruh terhadap kehidupanku ke depan. Aku tidak tahu seperti apa masa depan itu. Tidak ada seorang pun, kurasa. Maha Tahu hanyalah kepunyaanNya.
Tapi aku diberi kuasa untuk memilih. Aku diberi logika untuk mengkaji. Dan ada konsekuensi yang musti dipertanggungjawabkan untuk setiap keputusan yang kubuat. Itulah kenapa ku meragu.

Tetapi bukankah selama ini keputusan tersebut sudah kubuat. Dan selama itu pula tidak ada masalah dengannya. Aku menjalaninya dengan keyakinan penuh dan rasa percaya diri yang tinggi di atas nama menjunjung sebuah prinsip. Prinsip yang saat ini justru aku pertanyakan kembali. Kenapa? After all this time?

Seandainya hidup semudah bernafas. Seandainya setiap doa selalu terkabulkan. Seandainya cobaan tidak pernah menghampiri. Mungkin hal ini tidak akan pernah muncul sebagai sebuah keraguan.

Tetapi hidup tidak berjalan dengan cara berandai-andai. Dan Tuhan pun menunjukkan rencanaNya dengan cara yang kadang-kadang kita tidak mengerti.

Aku mencoba mendiskusikannya dengan Bapakku sebagai orang yang aku anggap bijak. Beliau adalah orang yang berada pada daftar prioritas orang-orang yang ingin kubahagiakan. Dukanya adalah tangisanku. Dan tangisannya adalah dosa terbesarku.
Beliau memberikan nasehat satu atau dua. Tidak perlu banyak memang. Beliau sangat paham kenapa aku mendiskusikan hal ini dengannya. Tetapi keputusan tetap kembali kepadaku.

Dan disinilah aku. Kembali meragu.

Seandainya dampak dari konsekuensi ini hanya ditanggung oleh diriku, dan hanya diriku saja, mungkin ragu itu masih berada entah dimana. Tapi tidak disini.
Atau ini merupakan bagian dari arus perubahan yang akan kujalani? Meninggalkan zona nyamanku?

Entahlah. Yang aku tahu aku harus berbuat sesuatu untuk keluarga besarku. Sesuatu telah terjadi dan aku sadari aku telah terlambat untuk ini. Tetapi bukankah tidak seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi nanti? Yang jelas, aku tidak bisa berdiam diri.
Aku teringat ucapan mahsyur dari Master Yoda :
“Do it, do it not! There’s no try!"

May the FORCE be with me

Tidak ada komentar:

Posting Komentar