Selasa, 24 Maret 2009

Apakah Materi Relevan dengan Kepuasan?

"Lu musti punya opsi untuk keluar, Boy," Kata Juli, one of my best friend "How long has it been? 5 or 7 years? You deserve to have a better one." katanya berusaha lebih meyakinkan aku. Aku masih tidak bergeming.

######
Juli adalah teman yang sangat mengenal aku. Dia selalu dapat diandalkan untuk memberi masukan-masukan penting menyangkut hal apa saja. Masukannya objektif dan terkadang memberi sudut pandang yang kadang-kadang tidak bisa aku lihat sebelumnya. Dilain waktu dia ada hanya untuk sekedar menyemangatiku ketika aku meragu untuk melangkah. Aku mengenalnya ketika sama-sama ambil kuliah S-1 di Universitas Borobudur, Jakarta. Pertama kali melihatnya adalah pada waktu penataran P-4. Waktu itu dia lebih sering tampil sebagai juru bicara di kelompoknya (Nusa Jaya B), dan selalu berdebat sengit denganku, karena aku merupakan juru bicara di kelompokku (Nusa Jaya A). Pada akhir masa penataran, kami sama-sama terpilih sebagai anggota terbaik bersama 8 orang lainnya.
Setelah perkuliahan dimulai, Juli ternyata sekelas denganku. Disana aku mulai lebih mengenalnya dan ternyata we have lot things in common. Dan hal tersebut membuat kami cepet akrab. Juli mempunyai puseran rambut di tengkuk bagian belakang, dan aku juga punya persis ditempat yang sama. Juli pernah punya panu di lengan kanannya, sementara aku juga punya, tapi di lengan kiri (pada waktu bersamaan). Suatu hari aku main ke rumahnya, dan dia show off orang tuanya baru saja membeli TV baru yang sangat besar. Waktu itu Aku kagum dengan TV besar tersebut. Tapi ketika aku libur dan pulang ke Padang, aku mendapati orang tuaku juga telah membeli TV baru yang merk, ukuran dan tipenya sama persis dengan yang orang tua Juli punya. Kami (dulu) menyukai selera fashion yang sama, celana jeans dengan kaos oblong yang ditutupi kemeja gunung (flannel) tanpa dikancingi (you can't imagine how proud we were with that style). Kami menyukai makanan yang sama, walaupun beda porsi (Juli makan lebih sedikit dari aku, tapi frekuensinya lebih sering). Dan rasanya tidak terlalu mengherankan kalau kami pernah menyukai perempuan yang sama. Tentu saja hal tersebut tidak membuat persahabatan kami terpecah (siapa pemenangnya, itu tidaklah penting).
He's always there in good and bad. He can be my friend when I become Mr. Right, but he's also my partner in crime as well. :)
######

Kali ini Juli mengucapkan itu ketika kami sama-sama berada dalam kendaraannya sehabis membeli DVD bajakan Al Gore "The Inconvenient Truth" yang fenomenal itu (though it's a bit late for him to watch the movie). Kami dalam perjalanan dari Kuningan menuju Tebet. Persis di jalan Slamet Rahardjo, sebelum tugu Pancoran, Juli kembali mengutarakan hal tersebut untuk yang kesekian kalinya
Aku sangat menghargai pendapatnya. Kami sedang membahas pekerjaan yang aku lakoni sekarang. Menurutnya aku pantas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari yang aku jalani sekarang. Juli meyakinkan aku bahwa aku bisa saja menerima gaji dan kompensasi yang lebih besar dari yang aku terima sekarang. And it's only one way to make it happen, quit and try to get another (better) job. He said that I had enough qualification and experiences to have a better one. And he believed that I had every thing to make it happen. "You are too smart for this thing, Boy, come ooon....," kata Juli.
Seperti biasa, bukan Juli namanya kalau tidak bisa memberi sesuatu yang bisa membangkitkan semangatku. (apa aku bilang dia selalu memberi masukan yang objektif? well, mungkin tidak dalam hal menyemangatiku).
Topik obrolan seperti ini sering dilontarkan oleh orang-orang yang berada dalam lingkar 1 ku (Istri, saudara dan teman-teman dekatku). Tentu saja mereka menyampaikannya dengan cara yang kira-kira tidak menyinggung perasaanku. Hal yang jadi pertimbangan mereka hampir sama, yaitu jumlah kompensasi yang aku terima. Aku selalu jujur menjawab pertanyaan mereka mengenai jumlah gaji dan semua bonus yang aku terima. Aku merasa tidak ada yang perlu disembunyikan mengenai penghasilanku, karena memang begitu adanya.

Apa benar pekerjaan ini tidak cocok buatku?
Kepuasan apa yang aku dapatkan dari pekerjaanku yang sekarang?
Apa aku telah cukup memperoleh banyak hal dari pekerjaanku?

Hmm, mari kita lihat....

Aku teringat akan petuah Bapakku (yang aku hormati melebihi langit dan bumi) beberapa tahun silam. Setiap pekerjaan yang kamu lakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh, akan membawa kamu kepada keberhasilan.

Aku mulai dari situ.

Apa semua pencapaian dan kepuasan dapat dinilai dengan uang? Coba tanyakan hal tersebut kepada orang-orang yang terlebih dahulu telah membuktikan dirinya menjadi orang-orang yang pantas untuk diingat sepanjang masa. Bunda Theresa, Bill Gates, Nelson Mandela, Mahatma Ghandi, Thomas Alfa Edison, Moh. Hatta, Albert Einstein, Van Gogh, Socrates, dll. Mereka adalah orang-orang yang melebihi masanya. Mereka adalah orang-orang yang sangat total dan mempunyai dedikasi penuh terhadap apa yang sedang mereka kerjakan, walaupun harus dihukum mati atau menjadi gila karenanya. Mereka tidak meminta untuk menjadi kaya, tetapi kekayaanlah yang dengan senang hati menghampiri mereka. Kalaupun mereka menjadi kaya (baik kaya secara materil maupun sprituil) karena apa yang mereka lakukan, hal itu hanyalah bonus dari yang mereka kerjakan. Mereka dihormati bukanlah dari apa yang telah mereka punyai, tetapi dari apa yang telah mereka berikan.

So, apakah materi masih relevan dengan kepuasan?

Sebelum aku mendapatkan pekerjaan ini, aku adalah seorang yang introvert dan sangat soliter. Aku seolah-olah asyik dengan duniaku. Aku jarang mengenal hal-hal yang baru dan orang-orang yang baru. Temanku selalu itu-itu saja. Kalaupun ada, itu pastilah teman untuk sekedar 'say hai' saja. Aku sangat konvensional. Aku tidak mau memikul sebuah tanggung jawab. Aku menjadi pemilih, walaupun tanpa maksud. Aku jarang mengikuti perubahan. Aku bukan trend setter tetapi juga bukan follower. Aku bukan siapa-siapa. Aku bahkan merasa tidak eksis. Dan aku sadar, itu adalah kelemahan terbesarku. Tapi waktu itu aku tidak kuasa untuk merubah perilaku tersebut. Ada keinginan untuk berubah, tetapi aku tidak tahu harus bagaimana dan mulai darimana. Seperti Buya Hamka bilang, ada dua hal yang sangat berat untuk dilakukan manusia, merubah kebiasaan dan membiasakan sesuatu. Aku sadar aku harus berubah, kalau tidak ingin tergilas zaman. Segala sesuatu pasti berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan tidak akan pernah berubah menjadi tidak berubah. Tapi rubah tidak akan berubah menjadi domba...ups, ngaco...kembali ke laptop!
Tapi sejak aku mendapatkan pekerjaan ini, sesuai dengan jabatan dan diskripsi pekerjaan yang aku terima, aku dituntut untuk lebih mengerti banyak hal. Aku dituntut dan dituntun untuk berubah. Aku harus memahami banyak karakter dan syarat utama untuk melakukannya adalah memahami karakter diri sendiri terlebih dahulu. Aku harus melatih dan menampilkan sisi leadership yang aku punya. Dulu aku tidak pernah membayangkan akan sering berbicara di depan orang banyak, sekaligus panutan untuk mereka dan menjadi sabar terhadap suatu kritik atau komplain. Aku diwajibkan untuk memikul tanggung jawab terhadap target-target yang telah ditetapkan. Aku mulai terbiasa dengan tekanan-tekanan, yang sesungguhnya kalau dilihat dari perspektif lain akan menjadi hal yang indah mewarnai perjalanan hidupku. Aku merasa terpuaskan ketika tekanan-tekanan tersebut satu per satu dapat teratasi. Aku bahagia.
Dan, kebahagiaan tersebut belum tentu aku dapatkan seandainya aku tidak bekerja disini atau memilih keluar dari pekerjaan ini. Aku memperoleh banyak hal dari sini. Tuhan menunjukkan rasa sayangNya padaku dengan cara ini. Aku mensyukurinya. Terima kasih Tuhan.
So, apakah materi masih relevan dengan kepuasan?

Selasa, 17 Maret 2009

Tentang Seseorang 2

Jakarta, 8 Oktober 2006

Aku sedang mencari sesuatu yang membuatku betah menempati rumah baruku, apa aku perlu menyewa jasa design interior?,” suara lelaki teman kecilku diujung telpon meminta pendapat.

Seketika aku teringat kamar kecil berukuran 2,5 x 3 m berlantaikan 68 buah ubin keramik putih yang pada beberapa bagian sudah retak dengan dinding bercat hijau muda yang sudah buram. Pada dinding itu menempel dua buah jendela yang ditutupi gorden biru telor asin pemberian bundamu. Disudut timur, disamping jendela depan, terletak sebuah lemari plastik yang sudah robek disana-sini memperlihatkan isinya berupa beberapa pakaian yang terlipat rapi dan bersih. Poster Spiderman tanpa bingkai, tokoh heroik masa kecilku (dan masih!) ditempel menghiasi dinding barat berhadap-hadapan langsung dengan pintu masuk, seolah-olah menyambut setiap orang yang masuk kesana. Kasur kapuk tanpa dipan, juga pemberian bundamu, terletak tepat di balik pintu tempat dimana kita biasa menghabiskan beberapa senja sambil menikmati detik yang berlalu.

Disana, di surgaloka kesederhanaan kamar itu, pernah kau berkata “Aku suka mata dan senyummu...mereka indah!” Pujianmu tidak sempat membuatku narsis. Mereka menjadi indah semata-mata hanya karena sedang mengagumi dan memujamu.

“... Are you still there?” suara diujung telpon membuyarkan lamunanku.
Kau hanya butuh orang yang kau cintai!” jawabku menutup pembicaraan.

Sabtu, 14 Maret 2009

Hari Yang Menguras Emosi

Nuraniku menangis.Dan semuanya berawal dari sebuah peristiwa yang terjadi di tempat pekerjaanku. Sebenarnya hari ini aku mulai dengan cukup menyenangkan. Aku bangun sekitar jam 5, setelah beberapa hari yang lalu aku merasakan kecapean yang sangat, pagi ini aku terbangun dengan perasaan yang segar dan siap menghadapi aktivitas kerja. Aku memulai hari dengan senyum dan semangat yang menyala. I thought this could be a beautiful day to run.

Aku berangkat kerja agak kesiangan karena godaan untuk mengganggu tidur Cherryl. Mukanya yang polos ketika tertidur lelap, membuat aku tidak tahan untuk menciumnya sampai dia terbangun dan menangis karena aku gangguin. Barulah setelah dia tertidur lagi, aku berangkat menuju tempat kerja. Itu sekitar jam 7:10. Aku beruntung karena store yang aku pegang sekarang jaraknya sudah lebih dekat. Hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai ke tujuan. Itu pun nyetirnya santai banget. Jalanan yang lengang di hari Sabtu, adalah alasan yang sangat baik untuk menikmati perjalanan ke kantor.

Sampai di kantor aku mengecek untuk beberapa saat semua administrasi dan pencapaian sales hari kemaren. Kemudian sekitar jam 8:15, aku mengadakan pre-shift meeting dengan karyawan yang kemudian langsung diikuti dengan membuat PPIC dan MPCS (Rencana/Target hari ini). Semuanya adalah rutinitas yang biasa aku lakukan pada saat jaga shift pagi. Just another day at work.

Sampai saat masuk business hours-pun semuanya masih berjalan lancar. Customer yang cukup ramai, dan intensitas kerja yang lebih tinggi pada saat week-end tidak dapat mengganggu indahnya hari ini. Aku tetap dapat menikmati hari ini.

Sampai akhirnya keindahan hari ini harus berakhir ketika aku mendengar tangisan seorang anak kecil di ruang dining. Saat itu aku berada di back up section. Tangisan tersebut sangat kencang, sehingga cukup kencang untuk membuat aku mencari tahu ada apa gerangan anak tersebut menangis.

Aku keluar menuju ruang dining. Disana sudah banyak customerku yang sedang menyantap makanan. Suara tangisan yang kencang tidak menyulitkanku untuk mencari tahu darimana sumbernya berasal. Ternyata tangisan tersebut berasal dari seorang anak yang berusia sekitar 3 tahunan yang sedang disuapi makan oleh ibunya yang berusia kira-kira sekitar 30-an tahun, tapi tidak mungkin lebih dari 40.

Anak tersebut rewel tidak mau disuapi makan oleh ibunya. Seketika aku teringat Cherryl yang punya "penyakit" sama. Tanpa sadar aku tersenyum membayangkan Cherryl. Tetapi senyum tersebut berganti kekagetan yang luar biasa ketika aku dengan mata kepalaku sendiri melihat wanita tersebut mengemplang kepala anaknya. Dan kemplangan tersebut adalah kemplangan yang keras sehingga membuat tubuh si anak doyong ke samping. Tangisan si anak semakin keras dan pilu. Dan wanita itu semakin kalap dan menampar bibir si anak, sehingga kali ini si anak terhuyung ke belakang. Untung kursi yang diduduki si anak mempunyai sandaran, sehingga si anak tidak terjengkang ke belakang. Ternyata hal tersebut tidak membuat wanita tersebut puas. Ketika si anak masih tidak bisa diam, dia menyiramkan air mineral ke tubuh anaknya dan itu diikuti dengan mencubit dengan keras (benar-benar keras) pipi si anak.
Anak itu menjerit sangat keras. Aku berjalan ke arah mereka dan berdiri lebih kurang 1 meter dari meja mereka. Aku berharap wanita tersebut punya sedikit rasa malu dan menghentikan perbuatannya terhadap anak tersebut. Tetapi harapanku tidak terkabul. Ketika si anak tidak kunjung bisa disuapi, wanita tersebut kembali menampar mulut anak malang tersebut dan menyerapahinya.

MY GOD!!

Dengan cara apa wanita tersebut dibesarkan dan dididik sehingga sampai punya hati menyiksa anak tersebut? Peristiwa apa yang terjadi di masa lalunya yang membuat dia kehilangan rasa keibuan dan manusiawinya? Ibu macam apa yang tega menyiksa anak yang (kalau anak kandungnya) dikandungnya selama 9 bulan dengan penuh perjuangan? Tidakkah dia sadar bahwa perbuatannya itu berpengaruh kepada kesehatan psikologi anaknya? Tidakkah dia menyadari bahwa apa yang dia lakukan telah merobek harga diri dan mempengaruhi masa depan anaknya? DUNIA MACAM APA INI?

Aku marah. Aku menatap ke arah wanita tersebut dan sama sekali tidak menyembunyikan emosi dan perasaan ketidaksukaanku kepadanya. Wanita itu balas memandangku. Kami hanya saling berpandangan selama sekitar 10 detik. Jelas sekali kami saling tidak menyukai. Aku sudah bersiap untuk menjawab setiap ucapan yang keluar dari mulut serapah dan penuh kebencian itu. Aku tidak peduli lagi. Aku sadar aku masih in charge, dan aku seharusnya menghargai semua customer yang datang. Tetapi perbuatan wanita tersebut adalah sesuatu yang tidak pantas untuk dihargai. Dan dia harus diberi pelajaran.

Wanita itu mengalihkan pandangannya dariku dan kembali menatap penuh kebencian kepada anak malang tersebut. Dia kembali mengeluarkan sumpah serapah kepada si anak, namun kali ini tanpa diikuti oleh penyiksaan fisik. Dan setelah melempar nasi ke arah wajah anak itu, wanita jahanam tersebut berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah belakangku menuju wastafel.

Si anak menangis keras karena mengira ibunya pergi meninggalkannya. Seketika dia menuruni kursinya, memungut sandalnya, dan melangkahkan kaki kecilnya berlari ke arah yang berlawanan dengan ibunya (ke arah luar restoran / ke arah eskalator). Wanita tersebut mengetahui anaknya berlari mencarinya ke arah yang salah, namun dia hanya mendiamkan.
Aku berlari mengejar anak tersebut, karena khawatir dia terjatuh dieskalator. Aku segera menggendongnya dan memberitahukannya bahwa ibunya ada di wastafel. Baju dan celananya basah kuyup karena siraman ibunya. Anak itu menatapku dengan wajah penuh ketakutan akan ditinggal ibunya. Untuk pertama kalinya aku bisa melihat wajahnya yang sangat tidak berdaya. Hatiku terenyuh. Aku bahkan dapat merasakan detak jantungnya berdetak sangat kencang didadaku. Aku berusaha menenangkannya dan mengusap-usap rambutnya.
Wanita tersebut menghampiri kami. Dan aku melepaskan anak tersebut dari gendonganku. Dengan kasar wanita tersebut menarik anak itu dan berjalan ke arah luar restoran. Aku memandang mereka menghilang di eskalator. Doa kupanjatkan untuk anak tersebut.

Setelah mereka menghilang aku mendengar beberapa orang customer yang kebetulan melihat "aksi" wanita tersebut berkomentar. Beberapa diantaranya berbicara kepadaku. Tetapi pikiranku saat itu masih kepada anak tersebut. Dan setelah sedikit berbasa-basi, aku meninggalkan mereka dan berjalan ke arah gudang dry goods. Aku tidak tahu apa yang menuntunku menuju ke sana.
Sesampainya di gudang, aku mendapati diriku sarat dengan emosi. Ada perasaan muak dan gerah. Ada perasaan marah dan geram melihat apa yang telah dilakukan wanita tersebut yang sudah terlanjur aku anggap bukan manusia lagi. Ada perasaan menyesal, seharusnya aku bisa berbuat lebih banyak untuk anak tersebut. Dan ada perasaan sedih yang mendalam mengingat apa lagi yang akan terjadi terhadap anak tersebut. Dadaku sakit. Aku menangis.
Sekarang, saat aku membuat tulisan ini, 10 jam setelah kejadian tersebut, aku masih dapat merasakan emosi ini.

Tuhan, tolong jaga anak tersebut dalam lindunganMU.

Minggu, 08 Maret 2009

Farewell MKG 3, Thank you for everything




Genap 4 hari sudah aku menempati pos baru pekerjaanku. It's still the same position, same job description, same responsibilities but it's definetely different store to handle, different classification of store, different type of customers and of course more complicated and more challenging. Store yang aku pegang sekarang termasuk dalam kategori the best 5 in sales.

Tanggal 3 Maret yang lalu aku serah terima dengan RM yang lama. Serah terima tersebut melibatkan 3 RM dan tentunya 3 store (Pak Deny from ITC Cempaka Mas to MKG 3, Pak Hasan from Arion to ITC Cempaka Mas dan me, myself, from MKG 3 to Arion). Serah terimanya sendiri berlangsung singkat dan tidak berlama-lama. Tetapi acara tersebut berubah menjadi lama karena kami (Pak Deny, Pak Hasan dan aku) ngobrol ngalar-ngidul dulu setiap selesai serah terima satu store. Siapa bilang ngegosip hanya monopoli kaum perempuan? hyyuuuk...

Pada saat pertama kali mengetahui akan dimutasi ke Arion dan meninggalkan MKG 3, ada perasaan sedih dan berat hati untuk meninggalkan karyawanku disana. Selama ini aku dan karyawan-karyawan MKG 3 sudah bekerja bahu membahu menjawab tantangan dari perusahaan untuk menjadikan store MKG 3 menjadi lebih baik. Secara sadar atau tidak, telah tercipta ikatan emosi yang cukup kuat antara aku dengan tim di MKG3.

Aku mulai memimpin di MKG 3 sekitar awal Januari 2005. Pada saat itu klasifikasi store MKG 3 adalah medium store. Tantangan terbesar aku pada saat itu adalah kenyataan bahwa store MKG 3 adalah termasuk the best 10 through 5 criteria. Aku punya tanggung jawab untuk mempertahankan predikat tersebut disamping harus meningkatkan klasifikasi store menjadi lebih tinggi lagi. Dan itu aku sadari bukanlah pekerjaan yang mudah. Tapi aku percaya aku dapat melakukannya.

Hal pertama yang aku lakukan pada saat menempati store tersebut adalah mengadakan konsolidasi dengan staff duty (Asst RM), dan kemudian juga dengan karyawan disana. Kepada mereka aku menjabarkan secara general frame arah kebijakanku disana. Aku berkeinginan untuk membuat tim yang solid terlebih dahulu. Dalam pandanganku, teamwork building menjadi keniscayaan apabila kita ingin mencapai setiap goal dari perusahaan secara efektif dan efisien. Dan teamwork building merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam menjawab setiap tantangan yang selalu berubah-rubah.

Seperti perkiraanku sebelumnya, ini memang bukan tugas yang mudah. Pada awal kepemimpinanku disana, ada saja beberapa orang (walau jumlahnya kecil) yang coba-coba 'menantang' kebijakanku. Dalam hal ini aku harus bertindak tegas, dimana aku tidak mentolerir setiap kesalahan yang vital dalam prosedur dan PKB dan kesalahan yang berdampak luas terhadap arah objektif perusahaan. Dan sebagai dampaknya, beberapa orang terpaksa harus dikeluarkan karena melanggar peraturan perusahaan.

Dalam memproses PHK seorang karyawan, selalu mendatangkan dilema buatku. Dari sisi moral, aku merasa merenggut hak mereka atas penghasilan mereka. Tetapi dari sisi tugas dan tanggung jawab, aku mempunyai kewajiban untuk memastikan jalannya store yang aku pimpin di atas rel peraturan dan prosedur perusahaan. Dan dalam hal ini sikapku sangat jelas: bekerja sebaik mungkin sesuai tanggung jawab yang aku pegang dan mencegah terjadinya wanprestasi.

Karena itu aku senantiasa untuk mendisiplinkan diri dihadapan karyawanku. Aku berharap, mereka dapat mengikutinya untuk diri mereka sendiri. Aku menanamkan sikap bertanggung jawab kepada mereka dengan cara yang mungkin mereka tidak sadari. Aku 'menantang' mereka untuk melaporkan kepada atasanku setiap perbuatanku dalam bertugas yang menyimpang dari peraturan perusahaan. Dengan sendirinya mereka juga harus mendisiplinkan diri dalam bekerja. Aku juga menumbuhkan sikap demokratis di store tersebut. Sehingga aku sangat terbuka terhadap kritik dari mereka, yang kadang-kadang kritik tersebut berisi masukan-masukan yang bersifat potensial dalam membangun kemajuan store kami.

Hasilnya cukup mencengangkan. Tiga tahun setelah aku pegang store MKG3, banyak terjadi perubahan-perubahan yang mengagumkan. Store kami naik klasifikasinya dari medium store menjadi large store. Sales meningkat sebesar 50% lebih (dibanding saat pertama aku pegang). Nilai CHAMPS sempurna untuk hampir 3 tahun berturut-turut (hanya 1 kali dibawah seratus). Kami sering mendapatkan bonus dari perusahaan. Dan puncaknya, store kami menjadi store dengan predikat outstanding performance thru' Balance Score Card in 2007. Dan itu membawaku menjadi an elite member of YUM Restaurant Internasional yang sertifikatnya dianugerahi di Beijing, China, tahun 2008 yang lalu. Membanggakan!

Mission Accomplished.

Terima kasih store MKG 3.
Terima kasih timku yang luar biasa.
Kalian membuatku bangga .
Kalian membuat mutasi ini menjadi lebih berat dan penuh emosi untuk dilakukan.
Akan tetapi aku bisa meninggalkan kalian dengan senyum dibibir dan kepala yang tegak.
Aku percaya kalian akan tetap menjadi yang terbaik, siapa pun pemimpinnya.
Terima kasih.
Sekali lagi terima kasih.
Tuhan memberkati kalian semua.

Jumat, 06 Maret 2009

Tentang Seseorang 1

Tentang seseorang

Dengan mimik muka serius wanita itu berkata kepada laki-laki muda pujaan hatinya:”Aku menginginkan kamu untuk menemaniku menghabiskan sisa hidupku! Dan tidak ada alasan buatmu untuk menolaknya…mengerti?!”

Laki-laki muda itu terpana. Bukan hanya tidak menyangka bahwa wanita cantik tersebut menginginkannya, tetapi lebih dari itu dia terpana dengan cara wanita tersebut mengungkapkan perasaannya. Jauh dari kesan cengeng dan meminta dalam pengharapannya.

Dengan penasaran, laki-laki itu bertanya:”Aku tidak mengerti...Apa maksudmu aku tidak punya alasan menolak?”

Tanpa senyum wanita tersebut menjawab: ”Karena aku berhak untuk mencinta, dan kamu tidak berhak untuk menyakiti.”

Selasa, 03 Maret 2009

Unfair Game from Cherryl

Cherryl sudah sembuh. Rasanya tidak ada kebahagiaan melebihi melihat dia bertumbuh dengan sehat dan bahagia. Makannya sudah lumayan banyak 3 hari terakhir ini. Aktivitasnya pun sudah kembali normal, seperti sekolah lagi, nonton program tv kesukaannya sambil lompat-lompatan ditempat tidur, menanyakan arti dari sebuah kata yang baru didengar atau dilihatnya, ataupun hanya sekedar bercanda atau mengisengi aku.....ya, iseng sama Bapaknya sendiri!

Banyak hal yang kadang-kadang membuat aku kewalahan dengan semua pertanyaan dan sifat tidak bisa diamnya. Seperti dalam suatu percakapan dengannya ," Daddy, kenapa uni (Cherryl memanggil dirinya dengan sebutan uni) punya oboh dan dedek Raja (sepupu laki-lakinya) punya empong?". Oboh dan empong adalah sebutan Cherryl untuk (maaf) alat kelamin perempuan dan laki-laki. Aku cukup terkejut dengan pertanyaannya. Tapi aku berusaha tenang dan mencoba menjelaskannya dengan bahasa yang kira-kira dia mengerti. Kepadanya aku uraikan perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan, termasuk tentunya perbedaan anatomi di antara mereka. Cherryl sangat antusias mendengar penjelasanku. Ada banyak pertanyaan susulan olehnya yang tentunya aku jawab semuanya. Sampai pada akhirnya pembicaraan tersebut terpaksa harus aku akhiri pada saat Cherryl berkata ,"Kalo gitu Uni pengen liat dong empong Daddy."

Dilain waktu dia mengungkapkan keinginan-keinginannya seperti: kalau besar ingin menjadi dokter, ingin menjadi pacar Spiderman (who the hell is spiderman? aku tidak akan pernah mengagumi spiderman lagi), ingin punya sepeda roda dua (walaupun belum bisa), ingin lebih tinggi dari Daddy, dll. Dan aku biasanya selalu senang mendengar setiap keinginannya tersebut.

Tapi ada satu kejadian yang membuat aku benar-benar tidak bisa berkata-kata. Cherryl adalah orang yang kalau kentut suka sembarangan. Kadang-kadang kalau dia mau kentut, dia berlari ke arahku dan menempelkan pantatnya untuk kemudian mengentutiku. Kalau sudah terlanjur kentut, biasanya dia menyuruhku untuk menciumi pantatnya. Dan ini sering terjadi. Aku tidak tahu siapa yang pertama kali mengajarkan dia begitu. Tapi selama ini aku fine-fine aja karena aku tahu itu caranya mengisengi aku dan aku malah balik membecandain dia. Kadang sebagai reaksi dari kelakuannya tersebut aku menciumi perutnya sampai dia menjerit-jerit karena kegelian. Aku berpikir itu bisa menambah keakraban di antara kami.

Sampai pada suatu ketika ketika aku bangun pagi dan Cherryl masih tidur disampingku. Aku tahu dia tidak benar-benar tidur, karena sebelumnya dia ke kamar mandi untuk pipis. Tiba-tiba saja aku merasa ingin kentut, dan hitung-hitung sebagai pembalasan, pelan-pelan aku menempelkan pantatku kearahnya dan....Duuttt! aku mengentutinya. Tiba-tiba dia langsung berdiri sambil menuding dan berkata,"Kurang ajar lu!!...bego lu!!!"

I'm speechless...