Sabtu, 13 November 2010

Juli

Seorang temanku sedang sakit. Namanya Juli. Suaranya sangat lemas ketika mengangkat telponku tadi. katanya gejala tipus, penyakit yang paling tidak sudah 3 kali aku derita. Untungnya sudah dibawa ke dokter. Sebenarnya tidak ada yang luar biasa dengan sakitnya si teman ini. Toh setiap orang pasti pernah merasakan sakit.
Tapi kejadian ini membawaku kembali ke masa silam. Tepatnya sekitar tahun 1996. Waktu dimana aku masih merasa belum dibebani oleh banyak tanggung jawab (that's why I'm always late to achieve many things in life). Ketika itu aku masih sendiri, muda, nakal, tidak punya tujuan, dan sudah barang tentu tidak punya duit (I still dont...). Aku kos di sekitar daerah Kalimalang (dekat almamater tercinta). Setiap hari kerjaannya cuma makan, tidur, main, makan lagi, tidur dan main lagi. Hanya mengandalkan duit kiriman bulanan orang tua yang biasanya sudah habis pada minggu pertama. Tapi anehnya, setiap kali aku melihat ke masa itu, semuanya terasa serba indah. Semuanya serba ringan untuk dijalani dan selalu ada teman yang siap untuk suka dan duka (baca: teman untuk nebeng makan). Masa muda memang selalu indah.
Salah satu teman yang selalu ada setiap kali masa-masa sulit menimpa, adalah Juli. Dari dulu hingga sekarang.
Aku merasa berhutang banyak sama dia. Hutang yang tidak akan pernah dia tagih walaupun aku sudah mencoba memaksa untuk membayarnya. Aku sudah mencobanya dengan berbagai cara, dan selalu mencari kesempatan untuk membayarnya. Tapi aku tetap merasa tidak pernah bisa melunasinya.
Aku tidak akan pernah bisa menyelesaikan studi sarjanaku kalau tidak ada dia. Padahal waktu itu dia berada di belahan bumi yang lain (tidak beberapa lama setelah diwisuda, Juli berangkat ke Australia, sekitar tahun 2002(?) dia kembali ke Indonesia). Dia selalu menelpon secara regular hanya untuk mengingatkanku agar segera menyelesaikan kuliah. Sesuatu yang sebenarnya saban hari juga diingatkan oleh orang tuaku.
He was concern about my study, why wasn't I? Karena itulah akhirnya aku bertekad untuk menyelesaikannya, dan dengan sedikit kerja keras (karena aku harus menyesuaikan sks lagi), Alhamdulillah, akhirnya walaupun memerlukan waktu 8 tahun, sekarang aku sudah bisa mengimbuhkan gelar SE di belakang namaku :).
Pernah suatu hari aku jatuh sakit dan tidak bisa melakukan apa pun. Aku hanya bisa mendekam di kamar. Untungnya Ibu kos jualan nasi di bawah, sehingga untuk makan aku tidak perlu bersusah payah ke luar kamar. Saat itulah Juli datang ke kosan karena mendapati sudah 3 hari aku tidak ada kabar. Ketika datang dia melihat aku terbaring lemah. Aku tidak mengetahui kedatangannya. Aku baru mengetahuinya ketika aku terbangun dari tidur untuk buang air ke kamar kecil. Di kamar mandi aku melihat dia sedang mencucikan pakaianku yang sudah aku rendam lebih dari 4 hari. Aku tidak tahu, mungkin saja pakaian tersebut sudah sangat bau. Tapi dia dengan senang hati mencucikannya untukku. I was touched. Bahkan ketika dia datang, dia tidak tega untuk membangunkanku karena sedang tertidur. Dia mengetahui kondisiku dari Ibu kos di bawah.
Ketika melihatnya sedang mencucikan pakaianku, aku mencoba untuk melarangnya. dia bersikeras dan memintaku untuk beristirahat saja di kamar. Tidak sedikit pun aku lihat keberatan di wajahnya. Aku melihat keringat diwajahnya, dan ketika itulah aku bersyukur kepada Tuhan karena telah memberikan seorang teman yang benar-benar luar biasa. Aku punya banyak teman, tapi tidak yang seperti dia.

Sekarang Juli sedang sakit. Dan aku ingin "mencicil hutang". Aku menawarkan sesuatu kepadanya. Seandainya ada pakaiannya yang kotor, tentu aku tidak akan keberatan untuk mencucikannya. Tentu saja dia dan istrinya akan keberatan. Aku menawarkan makanan seperti yang dulu pernah dia lakukan. Tapi dia tetap menolak dengan ramah. Keadaan memang sedikit berbeda sekarang, tapi itu bukan berarti aku tidak mau untuk melakukannya. Kalau begini, kapan hutangku bisa lunas?

Cepat sembuh Jul ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar