Sabtu, 18 Mei 2013

Uni Cherryl, Dede Abit, Daddy


This is how Uni Cherryl responds Daddy's asking
Daddy: "Cherryl, mandi!"
Cherryl: " Iya, ntar..."
Daddy: "1..."
Cherryl: "Ntar..."
Daddy: "2..."
Cherryl: cibang-cibung dikamar mandi.

And this is how Dede Abit does
Daddy: "Abit, mandi!"
Abit (sibuk dikamar dengan mainannya): "Ntal"
Daddy: "1..."
Abit: diam saja dan pergi keluar kamar
Daddy (teriak):"2..."
Abit: masuk kamar dan melempar daddy pakai sendal.

...And Daddy's always proud to have them both

Sabtu, 21 Januari 2012

A Song That Really... something

Udah lama gak nulis.

Jadi bingung mau mulai dari mana. Disamping gak ada ide untuk ditulis kecuali memang keinginan untuk ngisi blog aja. Udah lama gak pernah mampir kesini lagi. Sedikit sibuk, tapi alasan real-nya memang karena males aja.

So, what the hell am I doin' now?
Ya nulis.
Tapi nulis yang gak penting. Aku lagi nunggu temen disuatu tempat yang ada koneksi internetnya. Aksesnya lumayan cepat, jadi setelah puas download beberapa lagu, kepikiran untuk nulis di blog lagi. Sempat lupa email dan password untuk sign in-nya (karena udah kelamaan gak kesini) tapi setelah sedikit usaha akhirnya inget lagi.

Bicara soal download lagu, jadi pengen ngomongin salah satu lagu yang dari dulu hingga sekarang gak pernah bosen dengernya. Lagunya mellow tapi punya lirik dan dan musik yang (menurut aku) sangat kuat. Ditambah suara merdu vokalisnya yang tiada duanya alias no body could sing it as beautiful as she did. Judulnya Nothing Compares to You oleh Sinead O'Connor. Aku sempet download klipnya dalam beberapa versi.

Lagu yang ditulis oleh Prince ini menurut aku sempurna secara keseluruhan. Disamping lirik, musikalitas, vokal yang luar biasa, lagu ini menjadi bertambah kuat setelah menyaksikan klip videonya. you can also see it on youtube (makasih youtube, kamu membuat hidup lebih mudah dan menyenangkan).
Konsep video ini sangat sederhana. Sinead hanya berdiri (atau duduk?) dan di-shoot secara close up. Kemudian dia mulai bernyanyi.

Lagu ini bercerita tentang kepedihan hati seseorang karena ditinggal pergi oleh kekasihnya makanya dari awal video ini sudah menggambarkan satirnya sebuah kehidupan. Dimulai dengan seseorang berjalan dipersimpangan jalan yang sepi dan kemudian wajah cantik (walopun botak) Sinead muncul dan mulai bernyanyi. Yet, wajah cantik tersebut menampilkan kesedihan yang mendalam karena sudah ditinggal kekasihnya selama 15 hari plus 7 jam (bayangin tuh, sampe dia hapal berapa lama kekasihnya sudah pergi).

Dan pada menit 3:35 hingga menit ke 4:00 dari klip ini berhasil membuat waktu seolah-olah berhenti ketika Sinead mulai merasakan kepedihan yang mendalam dari lagu ini (aku yakin ini tidak dibuat-buat untuk keperluan klip) dan tidak kuasa menahan air matanya. And guess what, gak sadar aku juga terharu dan hampir mengeluarkan air mata...
Mungkin cara terbaik untuk mendapatkan emosi dari lagu ini adalah pada saat malam yang sepi, hujan dan kebetulan memang sedang diputusin sang kekasih hati. Dijamin nangis!

Tapi aku gak berharap itu terjadi menimpaku...:)

Lagu yang bagus. Liriknya kuat, musiknya selaras dengan apa yang digambarkan oleh lirik, vokal yang luar biasa, dan video yang sangat impresif!!!
Benar kata salah satu komentar di Youtube. "Prince wrote it... but Sinéad owns it. Nobody can touch her version"

Setuju! ...Nothing compares to you, Sinead...for singing this such beautiful song.



Kita nyanyiin sama-sama yuk...


Nothing Compares to You



It's been seven hours and fifteen days
Since you took your love away
I go out every night and sleep all day
Since you took your love away
Since you been gone I can do whatever I want
I can see whomever I choose
I can eat my dinner in a fancy restaurant
But nothing
I said nothing can take away these blues
`Cause nothing compares
Nothing compares to you

It's been so lonely without you here

Like a bird without a song
Nothing can stop these lonely tears from falling
Tell me baby where did I go wrong
I could put my arms around every boy I see
But they'd only remind me of you
I went to the doctor n'guess what he told me
Guess what he told me
He said girl u better try to have fun
No matter what you'll do
But he's a fool
`Cause nothing compares
Nothing compares to you

all the flowers that you planted, mama

In the back yard
All died when you went away
I know that living with you baby was sometimes hard
But I'm willing to give it another try
Nothing compares
Nothing compares to you
Nothing compares
Nothing compares to you
Nothing compares
Nothing compares to you



http://www.youtube.com/watch?v=iUiTQvT0W_0&noredirect=1

Sabtu, 13 November 2010

Juli

Seorang temanku sedang sakit. Namanya Juli. Suaranya sangat lemas ketika mengangkat telponku tadi. katanya gejala tipus, penyakit yang paling tidak sudah 3 kali aku derita. Untungnya sudah dibawa ke dokter. Sebenarnya tidak ada yang luar biasa dengan sakitnya si teman ini. Toh setiap orang pasti pernah merasakan sakit.
Tapi kejadian ini membawaku kembali ke masa silam. Tepatnya sekitar tahun 1996. Waktu dimana aku masih merasa belum dibebani oleh banyak tanggung jawab (that's why I'm always late to achieve many things in life). Ketika itu aku masih sendiri, muda, nakal, tidak punya tujuan, dan sudah barang tentu tidak punya duit (I still dont...). Aku kos di sekitar daerah Kalimalang (dekat almamater tercinta). Setiap hari kerjaannya cuma makan, tidur, main, makan lagi, tidur dan main lagi. Hanya mengandalkan duit kiriman bulanan orang tua yang biasanya sudah habis pada minggu pertama. Tapi anehnya, setiap kali aku melihat ke masa itu, semuanya terasa serba indah. Semuanya serba ringan untuk dijalani dan selalu ada teman yang siap untuk suka dan duka (baca: teman untuk nebeng makan). Masa muda memang selalu indah.
Salah satu teman yang selalu ada setiap kali masa-masa sulit menimpa, adalah Juli. Dari dulu hingga sekarang.
Aku merasa berhutang banyak sama dia. Hutang yang tidak akan pernah dia tagih walaupun aku sudah mencoba memaksa untuk membayarnya. Aku sudah mencobanya dengan berbagai cara, dan selalu mencari kesempatan untuk membayarnya. Tapi aku tetap merasa tidak pernah bisa melunasinya.
Aku tidak akan pernah bisa menyelesaikan studi sarjanaku kalau tidak ada dia. Padahal waktu itu dia berada di belahan bumi yang lain (tidak beberapa lama setelah diwisuda, Juli berangkat ke Australia, sekitar tahun 2002(?) dia kembali ke Indonesia). Dia selalu menelpon secara regular hanya untuk mengingatkanku agar segera menyelesaikan kuliah. Sesuatu yang sebenarnya saban hari juga diingatkan oleh orang tuaku.
He was concern about my study, why wasn't I? Karena itulah akhirnya aku bertekad untuk menyelesaikannya, dan dengan sedikit kerja keras (karena aku harus menyesuaikan sks lagi), Alhamdulillah, akhirnya walaupun memerlukan waktu 8 tahun, sekarang aku sudah bisa mengimbuhkan gelar SE di belakang namaku :).
Pernah suatu hari aku jatuh sakit dan tidak bisa melakukan apa pun. Aku hanya bisa mendekam di kamar. Untungnya Ibu kos jualan nasi di bawah, sehingga untuk makan aku tidak perlu bersusah payah ke luar kamar. Saat itulah Juli datang ke kosan karena mendapati sudah 3 hari aku tidak ada kabar. Ketika datang dia melihat aku terbaring lemah. Aku tidak mengetahui kedatangannya. Aku baru mengetahuinya ketika aku terbangun dari tidur untuk buang air ke kamar kecil. Di kamar mandi aku melihat dia sedang mencucikan pakaianku yang sudah aku rendam lebih dari 4 hari. Aku tidak tahu, mungkin saja pakaian tersebut sudah sangat bau. Tapi dia dengan senang hati mencucikannya untukku. I was touched. Bahkan ketika dia datang, dia tidak tega untuk membangunkanku karena sedang tertidur. Dia mengetahui kondisiku dari Ibu kos di bawah.
Ketika melihatnya sedang mencucikan pakaianku, aku mencoba untuk melarangnya. dia bersikeras dan memintaku untuk beristirahat saja di kamar. Tidak sedikit pun aku lihat keberatan di wajahnya. Aku melihat keringat diwajahnya, dan ketika itulah aku bersyukur kepada Tuhan karena telah memberikan seorang teman yang benar-benar luar biasa. Aku punya banyak teman, tapi tidak yang seperti dia.

Sekarang Juli sedang sakit. Dan aku ingin "mencicil hutang". Aku menawarkan sesuatu kepadanya. Seandainya ada pakaiannya yang kotor, tentu aku tidak akan keberatan untuk mencucikannya. Tentu saja dia dan istrinya akan keberatan. Aku menawarkan makanan seperti yang dulu pernah dia lakukan. Tapi dia tetap menolak dengan ramah. Keadaan memang sedikit berbeda sekarang, tapi itu bukan berarti aku tidak mau untuk melakukannya. Kalau begini, kapan hutangku bisa lunas?

Cepat sembuh Jul ...

Sabtu, 19 Desember 2009

"Beberapa hal dalam kehidupan ini berubah, dan beberapa hal lainnya tidak".

Ini adalah penggalan dialog dalam salah satu film trilogy Matrix yang sangat aku gemari. Sebuah film fiksi yang dialognya sarat dengan filsafat. Dan kebanyakan dari kita, aku yakini membenarkan penggalan dialog tersebut.
Tak terkecuali aku.

Banyak hal yang telah terjadi dalam kehidupanku beberapa waktu belakangan ini. Ada tawa, kebahagiaan, kemenangan, pencapaian dan ketenangan. Dan kadang-kadang ada pula kesedihan, kepedihan, kekalahan, kegagalan dan keresahan. Semuanya adalah luapan emosi yang menandakan bahwa aku masih hidup.

Tapi entah kenapa beberapa bulan terakhir ini aku merasa "tidak hidup" lagi. Aku kehilangan gairahku akan beberapa hal. Aku tidak dapat menemukan kenikmatan lagi dalam melakukan sesuatu yang biasanya aku gemari. Aku sudah jarang membaca. Aku kehilangan minat untuk menelusuri sesuatu yang memancing keingintahuanku. Aku sudah sangat jarang menekuni semua hobiku. Jangankan untuk menulis di blog, sekedar meng-up date status rasanya sangat malas sekali.

Kadang-kadang anakku (semoga Tuhan senantiasa melindunginya) komplain karena aku sudah tidak mau lagi bermain dengannya. Kalaupun mau, paling hanya sebentar saja dan itu pun frekuensinya jarang. Istriku pun begitu, mereka bilang aku sudah jarang mengajak mereka jalan bersama, sesuatu yang biasanya kami lakukan secara regular. Waktu libur hanya diisi dengan bermain sebuah game di salah satu situs sosial (dan itu bisa berjam-jam). Kadang, kalaupun keluar, aku lebih cenderung mengisinya dengan teman-teman dibanding keluargaku.

Aku menjadi pribadi yang selfish, sensitif, dan lebih introvert. Aku merasa inferior makanya menjadi pemarah. Aku tidak tahu seberapa besar efek perubahan ini berpengaruh terhadap pekerjaanku. Karena aku merasa selalu menanggapi secara berlebihan (dan biasanya negatif) setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan tempat aku bekerja.

Saat ini hasil kerjaku masih berada pada rel dan jalurnya, sehingga aku tidak begitu khawatir dengannya.
Paling tidak untuk beberapa saat ke depan.
Tapi dengan pribadi negatif seperti ini, hanyalah masalah waktu untuk melihat kehancuranku. Bukan begitu?

Semua sifat negatifku semakin muncul dan terasah beberapa bulan belakangan ini. Aku bukannya tidak menyadari hal ini, tapi aku lebih bersikap untuk membiarkannya.

Awalnya aku cuma sedikit memberi waktu kepada diriku untuk beberapa cobaan yang terjadi belakangan ini.
Ya, ada beberapa kejadian yang sangat memukul dan menghantam batinku. Aku tidak bermaksud untuk menyalahkan semua kejadian tersebut atas perubahanku ini. Akulah yang paling bertanggung jawab atas setiap perubahan ini. Tulisan ini juga tidak bermaksud sebagai pembelaan malah aku harapkan dapat menjadi sebuah starting point untuk bangkit lagi (semoga).

Aku masih beruntung memiliki orang-orang yang menyayangiku. keluarga dan teman-teman baikku.

Beberapa waktu yang lalu seorang teman mengirimkan 2 buah buku bacaan tepat di hari ulang tahunku. Dua buah buku novel yang sudah banyak mendapat penghargaan. Pengirimnya adalah seorang teman yang sudah lama sekali tidak bertemu. Buku-buku tersebut dikirimkan ke alamat kantorku. Dia tahu bahwa aku (dulu) adalah seseorang yang suka membaca. Aku rasa inilah pertimbangan dia memberi hadiah ini. Aku senang dengan pemberian ini. Paling tidak masih ada orang yang bisa mengingatkanku akan semua kesenanganku yang dulu.
Terima kasih teman.
Tuhan memberkatimu.

Sekarang aku akan mencoba untuk menemukan kembali semua kesenangan dan gairah yang pernah membuat aku merasa hidup.

Minggu, 14 Juni 2009

Should I? or should I not?

Sepertinya aku meragu akan sebuah prinsip yang selama ini telah aku jalani. Prinsip yang selama ini telah menguatkan hati untuk sebuah jalan yang kutempuh. Apakah ini adalah sebuah fase kehidupan dimana aku harus bijak terhadap suatu keputusan lagi? Sebuah keputusan yang akan berpengaruh terhadap kehidupanku ke depan. Aku tidak tahu seperti apa masa depan itu. Tidak ada seorang pun, kurasa. Maha Tahu hanyalah kepunyaanNya.
Tapi aku diberi kuasa untuk memilih. Aku diberi logika untuk mengkaji. Dan ada konsekuensi yang musti dipertanggungjawabkan untuk setiap keputusan yang kubuat. Itulah kenapa ku meragu.

Tetapi bukankah selama ini keputusan tersebut sudah kubuat. Dan selama itu pula tidak ada masalah dengannya. Aku menjalaninya dengan keyakinan penuh dan rasa percaya diri yang tinggi di atas nama menjunjung sebuah prinsip. Prinsip yang saat ini justru aku pertanyakan kembali. Kenapa? After all this time?

Seandainya hidup semudah bernafas. Seandainya setiap doa selalu terkabulkan. Seandainya cobaan tidak pernah menghampiri. Mungkin hal ini tidak akan pernah muncul sebagai sebuah keraguan.

Tetapi hidup tidak berjalan dengan cara berandai-andai. Dan Tuhan pun menunjukkan rencanaNya dengan cara yang kadang-kadang kita tidak mengerti.

Aku mencoba mendiskusikannya dengan Bapakku sebagai orang yang aku anggap bijak. Beliau adalah orang yang berada pada daftar prioritas orang-orang yang ingin kubahagiakan. Dukanya adalah tangisanku. Dan tangisannya adalah dosa terbesarku.
Beliau memberikan nasehat satu atau dua. Tidak perlu banyak memang. Beliau sangat paham kenapa aku mendiskusikan hal ini dengannya. Tetapi keputusan tetap kembali kepadaku.

Dan disinilah aku. Kembali meragu.

Seandainya dampak dari konsekuensi ini hanya ditanggung oleh diriku, dan hanya diriku saja, mungkin ragu itu masih berada entah dimana. Tapi tidak disini.
Atau ini merupakan bagian dari arus perubahan yang akan kujalani? Meninggalkan zona nyamanku?

Entahlah. Yang aku tahu aku harus berbuat sesuatu untuk keluarga besarku. Sesuatu telah terjadi dan aku sadari aku telah terlambat untuk ini. Tetapi bukankah tidak seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi nanti? Yang jelas, aku tidak bisa berdiam diri.
Aku teringat ucapan mahsyur dari Master Yoda :
“Do it, do it not! There’s no try!"

May the FORCE be with me

Selasa, 02 Juni 2009

Terima Kasih Tuhan

Saat ini ada dua hal yang membuat aku cukup sumringah dan berbahagia.
Yang pertama adalah saat ini merupakan hari pertama cuti yang aku jalani. Aku sedang mengambil cuti sampai 10 hari ke depan. Menyenangkan. Dan setiap kali bicara soal cuti, itu berarti aku sedang membicarakan Padang dan segala hal yang berhubungan dengannya.Teta, Papa, brothers n sisters, my cute nephews, teman-teman Padang, Rumah Khatib, Padang Pasir (rumah Al), Paguah Pariaman and Bukit Tinggi (I love the city), berbagai makanan yang tak pernah bosan-bosannya kusantap, udara pagi yang segar, sunset atau hanya sekadar menikmati suasana malam di Permindo. Semuanya bagai traffic generator dalam meramaikan kerinduanku.

Aku berangkat besok jam 4 sore. Untung aku sudah memesan tiket jauh-jauh hari sehingga mendapatkan harga yang lebih murah. Cherryl dan Maminya tentunya juga ikut. Cherryl malah terlihat sudah tidak sabaran untuk segera sampai di Padang. Dari kemarin dia selalu mempertanyakan kapan berangkatnya. Dan pertanyaan itu selalu dilontarkan berulang-ulang, sehingga cukup membuat aku senewen. Terakhir aku menjawab kalau kami akan berangkat 2 jam lebih cepat dari jawaban terakhir yang aku berikan kepada Cherryl. Dia bingung. Tapi syukurlah, setelah itu tidak ada pertanyaan itu lagi.

Tadi Cherryl membantu (mengganggu?) Mami yang sedang packing. Padahal seharusnya dia lebih fokus kepada pelajarannya karena saat ini dia sedang menghadapi ujian di sekolahnya. Besok tinggal hari terakhir ujiannya (ujian Sempoa). Moga-moga anakku bisa melewati ujian ini dan mendapatkan nilai yang bagus. Walaupun Cherryl tipe anak yang tidak bisa diam, nakal dan jahil seperti emaknya, tetapi dia juga tipe anak yang pintar, cakep dan penyayang seperti Bapaknya. (hihihi…untung aku belum kasih alamat blog-ku sama maminya).
Kami pulang dalam rangka menghadiri acara perkawinan adikku Silvia (tante T’mon). Acaranya sendiri akan dilaksanakan tanggal 7 Juni nanti. Dan berhubung ini acara perkawinan, pastilah sanak saudara yang jauh-jauh akan berkumpul di rumah Khatib. It’s even better. Jadi bisa ketemuan sama saudara-saudara yang sudah lama tidak ketemu. Cherryl dan maminya bisa lebih mengetahui hubungan kekerabatan dari pihakku. Terima kasih Tuhan karena telah memberikan kami kesehatan dan kesempatan untuk bisa saling bersilaturahmi dengan orang-orang yang kami sayangi.
Padang, just prepare for three amazing crazy guys…

Kedua, beberapa waktu yang lalu istriku mencoba cek urine untuk mengetes kehamilan. Sudah beberapa hari dia telat dari jadwal seharusnya. Dia mengabarkannya padaku sekitar 2 minggu yang lalu. Saat itu aku nyaris memberikan SP kepadanya (mengingat aku selalu memberikan SP kepada karyawanku yang suka telat…heheheh).

Dulu, dua bulan setelah kelahiran Cherryl, istriku ikut KB dengan cara memasang spiral. Ini memang hal yang kami rencanakan karena tentunya setiap orang tua menginginkan hal yang terbaik buat anak-anaknya. Kami ingin memastikan segala sesuatunya berjalan baik buat Cherryl sebelum memberinya adik. Kami melakukan sedikit investasi, ikut beberapa asuransi dan juga buka usaha yang tentunya dapat menunjang financial kami. We’ve been doing it in purpose. And the objective is a better future for my family. Semoga Tuhan memberikan jalan yang senantiasa lancar buat kami. Amin.

Setelah keluarga Padang dan keluarga Jakarta mendesak kami untuk memberikan Cherryl seorang adik, dan kemudian setelah melalui sedikit diskusi kecil dengan istri dan mempertimbangkan segala hal, maka pada akhir Januari 2009, kami memutuskan untuk mencopot alat KB setelah 4 tahun lebih terpasang pada tubuh istriku. Kami menemui dokter langganan kami dan menjelaskan maksud kami. Dia sangat senang dan menyatakan kebanggaannya kepada kami karena bisa berkomitmen dan merencanakan sesuatu dengan baik. Bahkan dia menyalami kami dan mengucapkan selamat walaupun istriku belum hamil. Aku cukup senang dengan pujian itu. Dan setelah menyalami kami, dia menyodorkan bon tagihan. Dasar dokter…

Dan dua minggu lalu istriku mengetes dengan menggunakan alat tes kehamilan. Dan hasilnya adalah ….. POSITIVE!!. Istriku mengabarkannya padaku via telepon saat aku sedang kerja. Aku memanjatkan syukur. Pada tanggal 26 Mei kami memastikannya di RS Yadika dan aku pertama kali melihat pencitraan janin bayiku melalui printout USG yang masih berupa titik kecil yang mempunyai panjang 1,6 cm. Usianya diperkirakan sekitar 1 bulan. Aku sudah pernah merasakanperasaan ini pada saat melihat pencitraan Cherryl lewat USG ketika masih dalam perut maminya. Tetapi sekarang pun masih terasa menakjubkan. Amazing….AMAZING!!!
Terima kasih Tuhan . Aku akan menjaga amanatMU. Dan aku memohon Engkau untuk menjaga keluargaku. Amin.

Minggu, 17 Mei 2009

Hal yang Lebih Penting dari Sebuah Kesuksesan

Beberapa waktu yang lalu aku jalan-jalan ke sebuah mall yang cukup terkenal di Jakarta. Mall tersebut biasanya menjadi pilihan kalangan “the have” untuk belanja ataupun sekedar menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman. Lokasinya ada di Jakarta Pusat. Dan salah satu yang membuat mall ini dikenal banyak orang adalah water fountain-nya.
Sebenarnya aku tidak punya tujuan khusus ke mall ini. Waktu itu aku bersama seorang teman dan kebetulan mau mencari tempat untuk makan siang. Berhubung near by, kami akhirnya mampir ke mall tersebut.

Kesan pertama yang aku dapatkan ketika memasuki mall tersebut adalah suasana yang langsung terasa nyaman. Saat itu jumlah pengunjung cukup ramai, tetapi sama sekali tidak mengurangi ambience-nya. Sepertinya pengelola mall tersebut paham bagaimana cara memberikan kenyaman maksimal kepada pengunjungnya. Hampir semua kebutuhan panca inderaku serasa terpenuhi. Konsep mall yang dibuat sedemikian rupa langsung membuat aku merasa punya keinginan untuk menelusuri setiap sudut dari mall tersebut. Setiap sisi menampilkan konsep yang berbeda dari bermacam-macam negara. Ada atsmosfir Jepang, Belanda, Amerika Serikat, India, China, dll. Kami akhirnya memilih foodcourt untuk tempat makan siang. Banyak pilihan disana. Aku memesan lontong cap go meh untuk mengganjal perut.
Setelah menyaksikan atraksi water fountain kami keluar dari mall tersebut.

Setelah pulang ke rumah, aku masih memikirkan mall tersebut. Tapi kali ini kekagumanku beralih kepada pemilik mall tersebut. Seorang teman pernah mengatakan bahwa pemiliknya adalah salah seorang pebisnis terkaya di Indonesia yang juga memiliki pabrik rokok yang merknya sudah branded, paling tidak di Indonesia. Aku tidak tahu banyak mengenai orang ini, karena aku sama sekali belum pernah membaca biografinya. Tapi itu tidak mengurangi kekagumanku. Aku kagum dan bertanya-tanya bagaimana cara dia, dan segelintir kecil orang lain yang seperti dia, menghasilkan uang sehingga bisa memiliki mall yang megah itu.

Mereka merupakan species yang sama dengan aku. Mereka hidup di bumi yang sama denganku . Mereka punya waktu 24 jam dalam sehari, persis sama dengan yang aku punya. Mereka makan apa yang aku makan (paling tidak mereka butuh karbohidrat, protein, dan mineral yang sama denganku walaupun perwujudannya dalam bentuk makanan bisa saja berbeda). Mereka adalah makhluk yang juga punya batasan seperti aku. Mereka perlu tidur dan makan juga. Tuhan menunjukkan Kemaha-adilanNya disini.

Tetapi kenapa mereka bisa menjadi berbeda denganku dan miliaran manusia lainnya dalam hal pencapaian?

Aku tahu mereka mempunyai disiplin tinggi dan bekerja sangat keras untuk mendapatkannya. Dan sejujurnya aku mengatakan they deserve to have it. Rasanya aku ingin menjadi waktu untuk dapat melihat dan merekam perjalanan hidup mereka dari detik ke detik. Aku ingin masuk ke alam pikiran mereka dan mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan. Aku ingin melihat point of view mereka terhadap setiap permasalahan, dan yang terlebih penting mengetahui cara mereka menyelesaikan permasalahan tersebut.

Kalau ada sesuatu yang bisa menggambarkan mereka dalam satu kata, itu pastilah: Sukses.

Aku ingat ucapan seorang motivator, success is a right. Aku setuju. Sukses adalah sebuah pilihan yang harus diperjuangkan. Success is not an escalator, it’s a ladder. Kita tidak bisa berdiam diri dan berharap dapat menjadi seperti mereka. Aku lebih memandang sukses sebagai sebuah perjalanan tiada akhir dibanding sebagai tujuan. Thomas Alfa Edison menjadi sukses karena punya prinsip: genius (success) is 1% idea and 99% effort. Orang yang sukses pastilah pekerja keras. Dan ini cukup menyadarkan aku supaya dapat bekerja lebih keras.

Aku mungkin tidak akan menjadi seperti mereka (not even close, may be). Tapi aku bisa menjadikan kisah sukses mereka sebagai penyemangat untuk menjadi lebih baik dalam meningkatkan mutu hidupku.

Menjadi sukses adalah impian setiap orang. Tetapi ada yang lebih penting dari itu semua, yaitu menjadi bahagia.

Dan kabar baiknya adalah kebahagiaan lebih mudah dicapai dibanding kesuksesan.

Caranya?

Cintailah segala apa yang telah kita miliki. Jangan sampai setelah mereka terenggut dari kita, baru kita sadari betapa penting arti mereka buat kita. Ketika anda mencintai seseorang (atau sesuatu), ada keinginan untuk menjaga dan membahagiakan mereka.
Kita akan menerima apa yang kita beri. Dan ketika kita memberikan kebahagiaan kepada orang-orang yang kita cintai, maka dengan sendirinya kita akan menjadi bagian dari kebahagiaan itu. Tidak penting berapa banyak harta yang anda miliki. Tidak penting posisi apa yang anda punyai dipekerjaan saat ini. Anda tidak perlu punya pasangan yang cantik atau tampan, atau anak yang sangat elok dan pintar sebagai syarat pencapai kebahagiaan. Selagi anda menginginkan dan mencintai mereka, kebahagiaan akan selalu bersama anda

“Success is to get whatever you want. And happiness is to want whatever you got”
Semoga anda setuju.